TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan obat yang merangsang dan memperbaiki kekebalan tubuh atau yang populer dengan sebutan imunomodulator perlu bijak.
Karena jika tidak bijak menggunakananya, obat yang dianggap aman, ternyata justru akan memunculkan dampak yang tak diinginkan.
Baca juga: Terbukti Ampuh, Fitofarmaka Didorong Masuk Daftar Obat di BPJS Kesehatan
Prof Dr Zakiudin Munasir, Sp. A (K) saat Webinar Series 'Workshop Fitofarmaka bagi Tenaga Kesehatan dan Tenaga Medis', Kamis (5/10/2023) memberikan trik bijak menggunakan obat non kimia seperti herbal yang sifatnya imunomodulator.
Menurut Prof Zaki--demikian sapaan Zakiudin Munasir, perkembngan sistem imun paling cepat berkembang pada usia 1 tahun.
Jadi sejak usia berapa anak boleh minum herbal? Benarkah usia 1 tahun?
Baca juga: Wamenkes Dorong Industri Farmasi Indonesia Mengembangkan Pengobatan Fitofarmaka secara Mandiri
"Percuma diberikan pada bayi, karena sistem imun belum sempurna dirangsang bagaimana pun sistemnya belum terbentuk," kata Prof Zaki.
Selain itu menurutnya, sifat imunomodulator perlu diperhatikan, tidak boleh diberikan secara terus menerus.
"Ada yg diberikan terus menerus malah tidak tepat," sambungnya.
Prof Zaki berpesan agar kita jangan terlalu percaya sebelum memastikan fitofarmaka juga herbal harus dicari yang sudah diteliti manfaat dan keamanannya
"Walau obat baik kalau cara makai tak baik jadi tak bermanfaat kan," ingat Zaki.
Imunomodulator kerap disalahgunakan dan dianggap seperti vitamin atau suplemen. Padahal, pemakaian yang tidak tepat justru dapat merugikan tubuh yakni merangsang timbulnya alergi.