Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah sejak lama imbauan berhenti merokok beredar di tengah masyarakat.
Larangan ini tidaklah mengherankan, karena dalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4 ribu sejenis senyawa kimia.
Empat ratus di antaranya adalah zat berbahaya. Lalu 43 kandungan di dalam rokok diketahui jadi penyebab kanker.
Menurut Dokter Spesialis Paru-paru, Dr. Nurrahmah Yusuf, Sp.P(K), FISR, ada dampak positif yang bisa dialami jika setelah 12 jam tidak merokok.
Dampak pertama adalah zat nikotin yang di dalam tubuh sudah dimetabolisme. Nikotin merupakan senyawa kimia alami yang terkandung dalam berbagai tumbuhan.
Tidak hanya bersifat stimulant ringan, nikotin juga bersifat adiktif.
Dampaknya mampu memberikan efek ketergantungan yang mengakibatkan para perokok aktif kesulitan untuk meninggalkannya.
"Kemudian 12 jam tidak merokok hampir semua nikotin di tubuh itu sudah di metabolisme," ungkapnya dalam Peringatan Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Sedunia tanggal 15 November 2023 oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Rabu (15/11/2023).
Kedua, kadar Karbon monoksida, atau CO bisa kembali normal setelah 12 hari berhenti merokok.
Paparan karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan karboksihemoglobin (COHb) pada darah.
Selain itu CO juga dapat menimbulkan beberapa gejala Kesehatan.
Beberapa gejala yang disebabkan oleh paparan gas CO yaitu, sakit kepala, pusing, sesak nafas, mata berair, tekanan darah tinggi.
Selain itu pada 12 hari itu nikotin mulai tereliminasi. Kemudian fungsi indra pengecapan mulai membaik.
Diikuti dengan indra penciuman juga membaik.
Dalam 5 hari berhenti merokok, sebagian besar metabolik nikotin dalam tubuh sudah hilang.
"Kemudian fungsi pada saat pengecap baik. Sistem kardiovaskuler, semakin lama dia berhenti merokok maka dampak baik yang dirasakan semakin banyak," tutupnya.