Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memasok data yang lengkap, akurat, dan terbarui (up to date) guna mengatasi stunting, kemiskinan ekstrem, serta permasalahan sosial ekonomi lainnya.
“Kami berharap data itu menjadi hidup, karena data (hasil) Pendataan Keluarga ini kalau tidak hidup maka data tidak ada artinya," ungkap Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) pada keterangannya, Rabu (29/11/2023).
Baca juga: Pentingnya Penerapan Pola Asuh Orang Tua yang Baik untuk Cegah Stunting
Lebih lanjut Hasto pun menjelaskan apa itu data 'hidup'.
"Data yang hidup itu data yang bisa menakutkan, bisa menggembirakan, mengkhawatirkan, dan mencemaskan," kata Hasto.
Selain itu data yang hidup yakni data dan informasi lengkap, akurat, dan ter-up date (terbarui).
Baca juga: Kejar Target Turunkan Angka Stunting, Pemprov Sumsel dan BKKBN Atur Strategi
Lebih lanjut, Hasto menjelaskan jika dari hasil Pemutakhiran Pendataan Keluarga tahun 2023, BKKBN menemukan jumlah keluarga berisiko stunting di Indonesia pada semester pertama dan kedua tahun 2023 menurun sebesar 1,77 juta keluarga.
Sedangkan jumlah entitas keluarga yang tercatat di seluruh Indonesia pada 2023 sebanyak 72.516.889 (KK/kepala keluarga).
Pada 1 September 2023 hingga 31 Oktober 2023, BKKBN melaksanakan verifikasi dan validasi data keluarga berisiko stunting.
Jumlah keluarga berisiko stunting tahun 2023 semester pertama sebanyak 13.123.4182 dan semester kedua berjumlah 11.349.212 keluarga.
Dari hasil pemutakhiran PK 2023 ini, indikator kinerja utama BKKBN tahun 2023 menunjukkan progres yang positif.