"Kondisi ini memicu timbulnya insecurity. Perasaan ini akan menimbulkan negative body image, yaitu perasaan negatif terhadap kondisi dirinya saat ini," tutur dia.
Seringkali masyararakat masih memberikan stigma negatif kepada perempuan menopause.
Selain itu, pasangan seringkali kurang teredukasi mengenai kondisi menopause sehingga perempuan menopause kerap kurang mendapat dukungan serta merasa tidak dimengerti oleh pasangan maupun keluarga.
Perempuan menopause juga sering memiliki kepercayaan diri rendah karena negative body image.
Kondisi ini berpotensi memicu gangguan psikologis, kasus perceraian, maupun masalah di dalam keluarga.
Persiapan diri serta lingkungan penting dalam mengelola stress yang terjadi saat menopause maupun pascamenopause.
Pertama, menerima fase menopause.
Pada tahap ini, perempuan harus yakin bahwa fase ini tidak hanya dialami seorang diri.
Karena semua perempuan pasti mengalami fase menopause.
"Kita juga perlu menyadari bahwa ada orang-orang terdekat yang mampu mendukung kita," ungkap dr. Natali.
Kedua, perlu mengenali dan menyayangi diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
Jika ingin mengubah diri, buatlah target yang dapat dicapai dan sesuai dengan kapasitas diri
Ketiga, mencari bantuan tenaga kesehatan profesional seperti psikolog maupun psikiater jika terdapat kesulitan dalam menjalani fase ini.
“Lingkungan sosial penting dalam mendukung perempuan menjalani fase menopause secara lebih menyenangkan. Couples therapy akan sangat membantu bagi pasangan-pasangan yang perlu untuk dibina dalam membangun komunikasi dan pemahaman antarpasangan agar tercipta hubungan yang harmonis dalam menjalani menopause. Penting untuk melakukan terapi pada perempuan menopause secara holistik,” kata dia.