News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pneumonia Misterius

Cara Cegah Infeksi Bakteri Mycoplasma Pneumoniae pada Anak

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi anak sakit - Di Indonesia sudah ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae per 6 Desember 2023. Laporan dari rumah sakit, saat ini seluruh pasien telah sembuh.

TRIBUNNEWS.COM - Di Indonesia sudah ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae per 6 Desember 2023.

Laporan dari rumah sakit, saat ini seluruh pasien telah sembuh.

Lantas, bagaimana gejala dan cara mencegah bakteri Mycoplasma Pneumoniae pada anak?

Dikutip dari Medical News Today, berikut adalah gejala yang muncul pada sebagian besar kasus Mycoplasma Pneumoniae:

- Sakit tenggorokan

- Merasa lelah

Baca juga: Apa Itu Mycoplasma Pneumoniae? Penyakit yang Menyerang Anak-anak di Tiongkok

- Demam

- Batuk yang lambat laun semakin parah

- Sakit kepala

Gejala infeksi M. pneumoniae mirip dengan gejala infeksi saluran pernafasan lainnya.

Ciri utamanya adalah batuk yang berkepanjangan.

Cara Cegah Infeksi Bakteri Mycoplasma Pneumoniae pada Anak

1. Beri ASI eksklusif dan MPASI yang memadai

2. Lengkapi imunisasi anak

3. Rajin cuci tangan dengan sabun

4. Memakai masker saat di tempat umum

5. Kurangi polusi dalam rumah

6. Menjaga jarak dengan orang sakit

7. Tidak bepergian saat sakit

8. Pergi ke dokter dan mendapatkan perawatan bila dibutuhkan

9. Memastikan kualitas ventilasi di rumah baik

Sementara itu, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat agar tidak panik menyusul penyebaran undefined pneumonia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi mengatakan masyarakat sebaiknya justru meningkatkan kewaspadaan diri terlebih bila melakukan perjalanan ke luar negeri.

"Masyarakat tetap tenang, jangan panik," kata dr. Imran.

Mycoplasma merupakan bakteri penyebab umum infeksi pernapasan (respiratory) sebelum Covid-19.

Bakteri ini diketahui memiliki masa inkubasi yang panjang.

Karena itu, penyebarannya tidak secepat virus penyebab pandemi COVID-19, sehingga tingkat fatalitasnya rendah.

(Tribunnews.com, Widya, Muhammad Alvian Fakka)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini