Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Air susu ibu (ASI) diketahui punya peranan penting untuk tumbuh kembang bayi.
Hal ini dikarenakan banyak zat-zat penting yang dibutuhkan anak di dalam ASI untuk tumbuh kembangnya.
Pada hari pertama kelahiran, ASI kerap tidak keluar banyak.
Terkait hal ini, Ketua Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, SpA(K) imbau ibu tidak perlu panik.
Tidak perlu treatment khusus, ada cara yang bisa dilakukan oleh ibu.
"Manajemen laktasi. Jadi kita harus manajemen dengan baik. Kalau hari pertama kedua belum banyak tetap distimulasi," ungkapnya saat ditemui awak media di bilangan Jakarta, Minggu (7/1/2024).
Lantas bagaimana cara menstimulasinya?
Meski ASI keluar hanya sedikit, bayi tetap harus disusui seperti biasa, sehingga hormon prolaktin menjadi naik.
Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar susu memproduksi air susu pada ibu sesudah melahirkan.
Ia menganjurkan pada para ibu untuk tidak langsung memberikan susu formula jika ASI hanya sedikit di hari pertama dan kedua kelahiran.
"Tetapi kalau hari pertama dan kedua ASI tidak ada, bayi nya jangan ke saya deh, tidak ada ASI nya, itu hormonnya akan turun," jelasnya.
Hormon yang turun diakibatkan tidak ada stimulus tadi.
"Justru dengan ibu menyusui, meski pun (ASI) hanya 0,1 cc, 0,3 awa-awal itu sangat berguna. Karena kolestrum isinya luar biasa," tegas dr Naomi.
Lebih lanjut, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr Basarah yanuarso, SpA(K) ungkap jika pemberian sufor bisa sebabkan bayi cepat kenyang.
Akibatnya, anak jadi jarang menyusui dan menerima ASI karena sudah terlanjur kenyang.
Dampak lainnya, bayi yang jarang menyusui menyebabkan ibu jarang terstimulasi. Hormon prolaktin menurun, begitu pula dengan produksi ASI.
"Kita butuh bayi yang lapar dua hari pertama. Bayi yang lapar nyedotnya kuat. Kalau kuat, refleks produksi ASI pun cepat. Tapi kalau bayi dikasih sufor kenyang lalu tidak menyusui produksinya sedikit," pungkasnya.