Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia akan mencapai usia emas pada 2045.
Pada tahun tersebut, Indonesia genap berusia satu abad alias 100 tahun dan ditargetkan telah menjadi negara sejahtera serta maju, setara dengan negara maju lainnya.
Untuk menuju ke arah itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut perlu generasi penerus bangsa yang sehat dan pintar. Karena itu, gizi setiap anak Indonesia harus dipastikan tercukupi.
Baca juga: Saat Menkes Bicara Pembalut Luka jadi Alat Kesehatan Terlaris di Indonesia, Penjualan Capai Rp 300 M
Menurut Budi jika anak-anak kita tidak sehat dan tidak pintar, maka sulit menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
"Pak Presiden ingin kita menjadi Indonesia emas. Kalau ingin sehat dan pintar, anak-anaknya tidak boleh kekurangan gizi. Karena kalau kekurangan gizi pasti tidak bisa pintar ketika besarnya,” kata Budi pada keterangannnya, Selasa (30/1/2024).
Agar asupan gizi dan nutrisinya tercukupi, Budi sampaikan tiga langkah penting yang harus dilakukan oleh kader kesehatan di Posyandu.
Kader kesehatan di posyandu merupakan garda terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Pertama, Budi mendorong agar kader kesehatan rutin melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan setiap bulan di Posyandu.
“Kedua, kalau berat dan tinggi badan tidak naik, harus langsung dirujuk ke dokter di puskesmas, untuk lihat ada masalah apa,” kata Budi menambahkan.
Ketiga, anak yang mempunyai masalah gizi harus diberikan makanan pendamping ASI kaya protein hewani.
Sebab, protein hewani mengandung mikronutrien yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan otak balita.
“Makanannya boleh apa aja, yang penting ada protein hewani bisa telur, ikan, daging, supaya gizinya tidak kurang, supaya anaknya pintar, anaknya sehat,” tambah Budi.
Lebih lanjut Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Maria Endang Sumiwi pun menambahkan.
Dalam makanan pendamping ASI, pemberian protein hewani harus cukup.
Sebab, saat anak berusia 6 bulan kebutuhan nutrisinya tidak lagi bisa dicukupi dari ASI.
“Kalau bisa dua jenis dan itu setiap kali makan. Kemenkes sudah mengeluarkan banyak pedoman, banyak resep dan tips-tips yang bisa diakses di ayosehat.kemkes.go.id,” kata Endang.
Asupan protein hewani, lanjutnya, juga sebaiknya tidak hanya diberikan saat anak mengonsumsi makanan berat.
Pada makanan snack pun harus selalu ada protein hewaninya.
Di sisi lain, untuk mengetahui efektivitas pemberian protein hewani pada tumbuh kembang anak, orang tua sebaiknya melakukan pemantauan setiap bulan.
Jika berat badan anak tidak naik, segera periksa ke dokter di puskesmas untuk selanjutnya diintervensi sebelum terlambat.