News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenali Limfoma Hodgkin Lebih Dini, Kanker yang Serang Usia Muda hingga Tua

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peringatan “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’, Minggu (4/2/2024).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP, memaparkan, kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi.

Prof. Ikhwan menambahkan dari sekian banyak kanker, limfoma Hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah.

Baca juga: Sembuh dari Kanker Limfoma, Ari Lasso Batasi Waktu Kerja, Tak Terima Job di Atas Pukul 10 Malam 

“Kanker kelenjar getah bening jenis Limfoma Hodgkin adalah salah satu kanker yang tingkat diagnosisnya masih rendah. Penyakitnya ada, tapi sayangnya, pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut," kata dia dalam peringatan “World Cancer Day: ‘Hope, Faith, Love’, Minggu (4/2).

Mengenal Limfoma Hodgkin

Limfoma Hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit.

Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Menurut data Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus.
Ditambahkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., pihaknya menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh POI Jaya.

“Kami mengapresiasi segala bentuk kolaborasi untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit kanker di Indonesia. Sebab akses terhadap informasi dan edukasi seputar penyakit kanker di Indonesia harus terus dilakukan oleh semua pihak. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," tutur Eva.

Kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen.

Apalagi saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan. Untuk itu, Masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini

Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di antaranya: (1) Infeksi virus Epstein-Barr. 1 dari 1.000 orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr berisiko terkena limfoma Hodgkin;

(2) Sistem imun. Risiko meningkat pada orang yang terinfeksi HIV (virus penyebab AIDS), orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem kekebalan tubuh, dan orang dengan penyakit autoimun;

(3) Riwayat keluarga. Saudara laki-laki dan perempuan dengan penyakit ini memiliki risiko lebih tinggi terkena LH. Risiko ini sangat tinggi untuk kembar identik dari seorang pasien LH;

(4) Jenis kelamin. Kasus limfoma Hodgkin lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita;

(5) Usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun.

Sementara gejala yang ditimbulkan dari penyakit kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai, yaitu: muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha; terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas, berkeringat berlebihan pada malam hari, turun berat badan lebih dari 10 persen dalam 6 bulan berturut-turut.

“Untuk itu, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, namun masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30%. Jadi, semakin dini limfoma Hodgkin dapat dideteksi, semakin cepat dapat ditangani, dan semakin tepat sasaran pengobatan yang diberikan,” lanjut Prof. Ikhwan.

Di kesempatan yang sama, Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline, mengapresiasi kerja sama POI Jaya dalam meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan limfoma Hodgkin.

“Kami menyadari beban yang ditimbulkan penyakit ini. Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen memperkuat kerja sama dengan memastikan akses obat-obatan dan vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN. Kami juga berharap dapat mendorong deteksi dini dari masyarakat dan memberikan harapan kepada pasien untuk kehidupan yang lebih berkualitas,” jelas Shinta.

Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 89 persen. Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional.

Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), beberapa jenis pengobatan Limfoma Hodgkin antara lain: Kemoterapi; Radioterapi; Imunoterapi; dan Terapi Target – yang menargetkan protein pada sel kanker yang mengendalikan pertumbuhan sel kanker, tanpa mempengaruhi sel normal lain.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini