News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pakar Gizi Ungkap Risiko Kesehatan Jika Rutin Konsumsi Makanan Ultra Proses

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi makanan ultra proses

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan, makanan ultra proses banyak dan mudah ditemukan di mana-mana. 

Makanan ultra-proses (ultra-processed foods) merupakan bagian dari makanan yang diproses.

Produsen makanan menambahkan perisa, gula, lemak, atau pengawet makanan berbahan kimia pada makanan ultra-proses. 

Contoh makanan ultra-proses adalah es krim, sereal dengan rasa coklat, nugget dalam kemasan, sosis dan sebagainya.

Nyatanya, masyarakat perlu waspada mengonsumsi makanan tinggi proses ini. Karena jika dikonsumsi terus-menerus bisa timbulkan masalah kesehatan. 

Hal ini diungkapkan oleh Pakar gizi masyarakat Dr dr Tan Shot Yen, MHum. 

Tidak hanya masalah obesitas  dan asupan nutrisi, konsumsi makanan ultra food proses berisiko sebabkan gangguan metabolisme, kanker hingga gangguan pencernaan. 

"Jangan lupa makanan tersebut mengandung berbagai zat (yang membuat) metabolisme kacau," ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Senin (4/3/2024). 

Selain itu dr Tan juga mengungkapkan bahwa makanan ultra proses disebut berkaitan dengan kanker payudara. 

Ia lalu mencontohkan salah satu bahan pangan ultra proses food yang mudah ditemukan yaitu santan. 

Santan alami, cenderung menggumpal saat dimasak. 

"Kalau bikin opor atau kari, pakai santan peras itu kadang pecah," kata dr Tan. 

Sedangkan santan kemasan telah melewati banyak proses. Salah satu proses yang dilewati adalah emulsifier. 

Nyatanya, ini berisiko membuat probiotik di dalam pencernaan terganggu. 

"Studi di Indonesia belum banyak, produk makanan membuat probiotik terganggu. Betapa banyak zaman sekarang buang air besar susah," kata dr Tan. 

Penyebabnya bukan karena tidak mengonsumsi serat, buah dan sayur. 

"Ternyata nyata makanan yang ia makan memengaruhi kesehatan probiotik di dalam usus besar dia," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini