Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Kematian Jantung Mendadak (KJM) (sudden cardiac death) atau henti jantung di Indonesia cukup tinggi.
Diperkirakan lebih dari 100.000 jiwa per tahun meninggal akibat kematian jantung mendadak di Indonesia.
Adapun jenis penyakit jantung yang paling sering mengakibatkan henti jantung adalah gangguan irama jantung (aritmia) yang berupa fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel yang cepat.
Lalu bagaimana mencegahnya?
Konsultan aritmia di Heartology Cardiovascular Hospital, dr Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K), PhD, menerangkan, untuk mencegahnya terjadinya KJM diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk mengidentifikasi apakah seseorang mempunyai risiko tinggi mengalami KJM.
Salah satu pemeriksaan yang sangat penting adalah elektrokardiografi (EKG), yaitu rekaman aktivitas listrik jantung ke dalam sebuah kertas.
“Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan sederhana yang penting dalam mengidentifikasi apakah seseorang berisiko tinggi mengalami KJM atau tidak,” papar dia dalam kegiatan di Jakarta.
Menurut riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Kemenkes 2023, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia setelah stroke. Hal ini karena jantung merupakan organ vital di dalam tubuh manusia.
Kematian yang disebabkan penyakit jantung dapat berupa serangan jantung maupun henti jantung.
Adapun serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah koroner tersumbat sehingga jantung tidak mendapat oksigen dan nutrisi, dan berakibat fatal.
Baca juga: Belajar dari Donny Kesuma, Mengapa Orang yang Gemar Olahraga Rentan Kena Penyakit Jantung?
Sementara henti jantung terjadi ketika listrik jantung berdenyut supercepat (>300 denyut per menit), yang mengakibatkan seseorang kolaps, dan bisa meninggal dalam waktu kurang dari 10 menit, sehingga sering disebut sebagai KJM.