News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Suhu Dingin Jawa

Fenomena Suhu Dingin di Jawa, Epidemiolog Peringatkan Risiko Gangguan Pernapasan 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Alami gejala sesak napas. Epidemiolog dan ahli kesehatan global Dicky Budiman ingatkan risiko gangguan kesehatan yang bisa ditimbulkan karena fenomena suhu dingin.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belakangan tengah ramai di media sosial terkait fenomena 'bediding' atau suhu dingin di sebagian besar pulau Jawa. 

Tak sedikit netizen yang curhat merasakan suhu dingin di pagi dan malam hari.

Baca juga: Suhu Dingin Bediding Landa RI di Tengah Kemarau, Sampai Kapan? Ini Kata BMKG

Terkait fenomena ini, Epidemiolog dan ahli kesehatan global Dicky Budiman ingatkan risiko gangguan kesehatan yang bisa ditimbulkan. Khususnya pada saluran pernapasan

"Dampak kesehatannya bisa mencakup peningkatan risiko gangguan pernapasan seperti batuk dan pilek. Terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia," ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (4/7/2024). 

Sebelumnya ia menjelaskan jika suhu dingin di Indonesia bisa disebabkan karena beberapa faktor.

Baca juga: Eropa Utara Dilanda Suhu Dingin Ekstrem, Lalu Lintas dan Transportasi Kacau

Seperti perubahan pola angin atau efek dari hujan lokal. 

Lebih lanjut Dicky mengingatkan beberapa penyakit yang kemungkinan bisa muncul dari suhu dingin ini. 

Di antaranya seperti adalah influenza, bronkitis, atau bahkan exacerbasi penyakit paru kronis.

Ilustrasi Batuk. (Freepik)

Seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). 

Oleh karena itu, ia pun mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan. 

Selain itu masyarakat juga diingatkan untuk untuk menjaga kehangatan tubuh. 

"Penting untuk menjaga kehangatan tubuh dengan pakaian yang sesuai. Serta menghindari perubahan suhu yang drastis untuk mencegah risiko tersebut," tutupnya.

Penjelasan BMKG Tentang Fenomena Suhu Dingin

Suhu Dingin yang Terjadi Ubah Iklim di Malang ke Era 20 Tahun Silam, Bahkan Beberapa Wilayah Muncul Embun Es (baby-pedia.com)

Fenomena suhu dingin di tengah musim kemarau menjadi pertanyaan banyak masyarakat, terutama mengenai penyebab hal ini bisa terjadi.

Seharusnya, di periode ini kita merasakan panasnya bumi dengan langit yang cerah dan matahari yang terik.

Namun, ternyata kondisi tersebut justru menjadi pemicu adanya fenomena suhu dingin ini.

Prakirawan cuaca dari BMKG, Riefda Novikarany, mengatakan bahwa fenomena ini terjadi ketika kondisi cuaca dingin berbeda dari biasanya, ditandai dengan penurunan suhu yang drastis pada malam hingga dini hari.

Riefda menjelaskan bahwa daerah yang berpotensi mengalami bediding (suhu dingin ekstrem) adalah dataran tinggi atau pegunungan, yang memiliki tekanan udara lebih rendah dan volume udara yang lebih sedikit.

"Fenomena bediding ini fenomena kondisi cuaca yang biasanya cuacanya dingin mendekati ekstrem karena biasanya lebih dingin dari normalnya, fenomena ini ditandai dengan suhu drastis pada malam hari hingga dini hari," ucapnya kepada jurnalis KompasTV, Minggu (7/7/2024).

Suhu Dingin Fenomena Rutin Terjadi Tiap Tahun

Ilustrasi Prakiraan Cuaca (Pixabay/Pexels) (Pixabay/Pexels)

Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, suhu dingin adalah fenomena yang rutin terjadi setiap tahun, terlebih pada musim kemarau.

“Orang Jawa menyebutnya mbedhidhing,” kata Guswanto, Minggu (14/7/2024), dikutip dari Kompas.com.

Katanya, penyebab suhu dingin yang terjadi akhir-akhir ini yakni adanya Angin Monsun Australia.

Guswanto menjelaskan, Angin Monsun Australia ini bertiup dari Australia menuju Asia melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia.

Sementara itu, Samudera Hindia juga memiliki suhu permukaan laut yang juga relatif rendah atau dingin.

Angin Monsun Australia diketahui bersifat kering dan sedikit membawa uap air, sehingga memengaruhi musim kemarau di Indonesia.

Hal ini membuat sejumlah wilayah yang dilewati Angin Monsun Australia menjadi lebih dingin.

“Apalagi pada malam hari, di saat suhu mencapai titik minimumnya,” ujar Guswanto.

Penyebab Utama Fenomena Bediding

Pertama, udara kering: Selama musim kemarau, udara cenderung lebih kering karena kurangnya uap air.

Udara kering memiliki kapasitas lebih rendah untuk menahan panas, sehingga lebih cepat mendingin pada malam hari.

Kedua, langit cerah: Langit yang cerah pada malam hari menyebabkan panas dari permukaan bumi memancar langsung ke atmosfer tanpa hambatan, mengakibatkan perubahan suhu yang signifikan.

Ketiga, angin tenang: Angin yang tenang atau berkecepatan lemah menghambat percampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap dekat permukaan bumi.

Keempat, topografi: Dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara yang lebih rendah dan volume udara yang lebih sedikit.

Selama fenomena bediding, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan memantau informasi dari BMKG.

Lindungi diri dari suhu dingin dengan menggunakan pakaian hangat, selimut, atau penghangat ruangan jika diperlukan, terutama pada malam hari ketika suhu turun drastis.

Jaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan minuman hangat. Hindari paparan udara dingin secara berlebihan dan lindungi tanaman, terutama bagi petani, dari suhu rendah.

Perhatikan kondisi jalan karena embun beku dapat menyebabkan jalan licin pada malam hari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini