Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyakit menular Monkeypox atau Mpox telah ditetapkan kembali oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjadi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Dunia (KKMMD).
Terkait hal ini Praktisi Kesehatan Masyarakat, Ngabila Salama mengimbau masyarakat untuk tidak panik.
Ngabila pun membagikan beberapa tips cegah komplikasi dan kematian karena Mpox.
"Masyarakat jangan panik, akan tetapi perlu waspada. Lakukan beberapa cara mencegah sakit dan mencegah kematian," ungkap Ngabila pada keterangannya, Senin (26/8/2024).
Pertama, jaga kebersihan diri dengan rajin memakai masker dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun terutama jika sedang sakit dan bertemu orang sakit.
Kedua, hindari kontak fisik dengan orang yang sedang sakit demam, bergejala kemerahan, jerawat, luka, lenting isi air di kulitnya.
Ketiga, berhubungan seksual yang aman, bersih, sehat dengan menggunakan kondom.
"Jangan berhubungan seksual jika pasangan sakit apalagi ada luka pada area kemaluan atau sedang mengalami infeksi menular seksual lainnya," imbaunya.
Keempat, hindari kontak wajah dengan wajah, mulut, kulit, dan barang sehari-hari yang dipakai penderita. Seperti alat mandi, pakaian tidur, dan sebagainya.
Kelima, lakukan vaksinasi jika termasuk ke dalam kelompok berisiko. Vaksinasi monkeypox sudah ada di Indonesia dengan jumlah terbatas dan diperuntukkan untuk kelompok berisiko tinggi.
Baca juga: Ini yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Kontak Erat dengan Pasien Mpox
Lebih lanjut Ngabila pun bagikan tips hindari komplikasi dan kematian dengan deteksi dini.
Segera datang ke fasilitas kesehatan semua puskesmas dan RS untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium jika menemukan gejala monkeypox.
Seperti demam, lenting isi air atau luka pada kulit. Apa lagi jika disertai gejala khas monkeypox.
Seperti benjolan, pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, leher, selangkangan dan lipat paha,
Untuk kontak erat dari kasus positif juga dilakukan pemeriksaan laboratorium segera untuk deteksi dan pengobatan dini.
Pada kontak erat karena belum pernah ada gejala sama sekali maka semua tidak dilakukan pemeriksaan swab orofaring (tenggorokan), swab kulit, swab anus, dan pemeriksaan darah.
"Akan tetapi dipantau setiap hari apakah ada gejala yang timbul. Jika muncul gejala akan dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut," tutupnya.