Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sakit kepala ternyata bisa jadi pertanda kalau kamu sedang alami kekurangan cairan atau dehidrasi.
Sakit kepala akibat dehidrasi terjadi saat tidak minum cukup air.
Sehingga tubuh mudah kekurangan cairan yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik.
Lalu apa sih kaitan dehidrasi dengan sakit kepala?
Saat tubuh mengalami dehidrasi, tubuh tidak memiliki cukup air untuk berfungsi dengan baik.
"Kekurangan cairan dapat menyebabkan pembuluh darah vena di lapisan otak (disebut dura mater) meregang," dilansir dari website Health, Jumat (20/9/2024).
Otak, darah, dan cairan tulang belakang harus seimbang di dalam tengkorak.
Jika tidak ada cukup air, keseimbangan ini akan terganggu, yang nantinya dapat menyebabkan timbulnya gejala sakit kepala.
Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme pasti yang menyebabkan ketidakseimbangan ini.
Gejala paling umum dari sakit kepala akibat dehidrasi adalah sakit kepala.
Namun, ada gejala yang muncul bersamaan dengan sakit kepala bergantung pada seberapa parah dehidrasi yang Anda alami.
Jika mengalami dehidrasi ringan hingga sedang, mungkin akan mengalami gejala-gejala berikut:
- Rasa haus yang berlebihan
- Mulut lengket atau kering
- Tidak buang air kecil sesering yang biasa Anda lakukan
- Warna urine kuning gelap
- Kulit kering
- Kram otot
Baca juga: 7 Alasan Mengapa Perbanyak Minum Air Putih Harus jadi Resolusi 2024
Gejala sakit kepala akibat dehidrasi sering kali memburuk jika kamu mengalami dehidrasi parah. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti:
- Tidak buang air kecil sama sekali
- Kulit keriput atau kering
- Merasa mudah tersinggung atau bingung
- Pusing
- Detak jantung cepat
- Pernapasan cepat
- Mata cekung
- Kelelahan ekstrim
Untungnya, minum lebih banyak air dan menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik dapat membantu mencegah dan mengobati gejala-gejala ini.
Namun, dehidrasi ekstrem dapat menjadi tanda keadaan darurat medis.
Jika mengalami dehidrasi parah, penting segera menemui penyedia layanan kesehatan untuk menghindari risiko komplikasi dan mendapatkan perawatan yang tepat.
(*)