Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ahli saraf dr. Peter Gunawan Ng, SpN, FAf Neurologie (DE), menekankan pentingnya kesadaran masyarakat tentang gejala dan penanganan stroke.
Ketidaktahuan terkait gejala stroke, seringkali jadi penyebab keterlambatan penanganan.
Baca juga: Tawa Mat Solar Saat Terbaring Lemah karena Stroke karena Cerita Oneng dari Rieke Diah Pitaloka
Stroke merupakan kondisi darurat yang memerlukan penanganan cepat untuk mencegah kerusakan permanen pada otak.
Saat "golden period" selama 4,5 jam sejak munculnya gejala stroke, belum terlewati, maka studi menunjukkan hasil pemulihan akan lebih baik.
"Pasien harus segera datang ke rumah sakit, sehingga Golden Period untuk thrombolysis terlewatkan. Kondisi seperti ini akan menyebabkan disabilitas pada pasien," kata dia di Jakarta, Kamis (10/10/2024).
Baca juga: Ancaman Stroke Saat Usia Muda Dapat Dicegah, Bagaimana Caranya?
Gejala stroke yang umum dikenal dengan "BE FAST"—Balance (gangguan keseimbangan), Eyes (gangguan penglihatan mendadak), Face (salah satu sisi wajah menjdi tidak simetris), Arm (kelemahan pada lengan), dan Speech (gangguan bicara/cadel) dan Time (Segera menuju ke Rumah Sakit jika ada gejala tersebut).
Kesadaran akan gejala ini merupakan hal yang sangat penting dalam mendeteksi stroke sejak dini dan mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Tim Thrombolysis Siloam Hospital TB Simatupang mengembangkan protokol spesifik untuk penanganan pasien stroke.
Salah satu cara yang digunakan dalam penanganan pada stroke iskemik adalah trombolisis intravena, yang bertujuan untuk melepaskan sumbatan di pembuluh darah otak.
Sejak tahun 2022, pihaknya semakin mempercepat proses penanganan stroke, dengan mempersingkat "door to needle time"—rentang waktu antara kedatangan pasien ke IGD hingga dimulainya tindakan trombolisis. Proses yang lebih cepat ini sangat penting dalam menangani pasien stroke selama golden period.
“Jika pasien stroke iskemik yang datang ke rumah sakit masih dalam golden period dan thrombolysis dapat dilakukan akan memberikan outcome yang jauh lebih baik pasien, dibandingkan pasien stroke yang tidak dilakukan thrombolisis” tutur dr Peter.
Mencegah Stroke
Selain penanganan darurat, langkah pencegahan juga sangat penting.
dr. Peter menjelaskan tentang primary dan secondary prevention.
Primary prevention merupakan kiat – kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke, meliputi pengelolaan gaya hidup sehat, seperti tidak merokok, menjaga pola makan, berolahraga, dan memantau tekanan darah serta kadar gula darah.
Sementara itu, secondary prevention merupakan langkah – langkah pencegahan timbulnya stroke berulang, yang meliputi penanganan faktor – faktor resiko stroke yang optimal.
--