Menteri Pariwisata Arief Yahya menutup secara resmi Tour de Singkarak (TdS) 2018. Penutupan dilakukan di Pantai Kata, Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (11/11). Menpar memuji konsistensi salah satu sport tourism terdepan di Indonesia itu.
"Perjalanan 1 dekade bukan lah waktu yang sedikit. Ini bukti konsistensi dari TdS yang merupakan salah satu cikal bakal konsep sport tourism di Indonesia. TdS bahkan menjadi inspirasi bagi beberapa event sejenis di Indonesia. Sejak digulirkan pada 2009, TdS telah bertranformasi menjadi sebuah pemicu perkembangan pariwisata Sumbar," ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya.
TdS telah sebagai masuk 5 besar dunia event balap sepeda dengan penonton terbanyak. Data tersebut dikeluarkan oleh Amouri Sport Organization (ASO) dan Union Cycliste Internationale (UCI).
Tahun ini, TdS diikuti oleh 20 tim. 15 diantaranya merupakan tim Internasional. Total lintasannya 1.267 Km, melintasi 16 Kabupaten/Kota di Sumbar.
Geliatnya begitu terasa disetiap Kabupaten/Kota yang dilaluinya. Perekonomian tumbuh. Hotel-hotel penuh. Ini memicu seluruh kabupaten dan kota di Sumbar untuk memoles wajah pariwisatanya. Terutama peningkatan sektor 3A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas).
"TdS telah menjadi daya tarik yang luar biasa. Event ini berpengaruh juga secara multi efek terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah. Sekaligus peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata. Semua Kabupaten atau Kota kian berpacu memperkuat aspek 3A-nya. Imbasnya tentu makin kuatnya infrastruktur dalam rangka mendorong sektor kepariwisataan," terang Menpar.
Dampak tidak langsung lebih hebat lagi. TDS telah menjadikan Sumbar lebih terkenal di dunia. Cover up media baik lokal mau pun internasional begitu masif. Pemberitaan ini tentunya mengangkat pariwisata Sumbar.
"Sebagai sport event, yang terbesar dicari adalah indirect impact, atau yang lebih sering disebut sebagai media value. Itulah yang tersebar luas di seluruh dunia, dan membuat pamor Sumatera Barat semakin dikenal sebagai destinasi pariwisata," ungkap Arief.
Soal potensi pariwisata Menteri asal Banyuwangi itu sudah tidak ragu lagi. Sumbar memiliki segalanya. Punya gunung berapi, hutan hijau lestari, sungai dengan air yang jernih, pantai di teluk Mandeh yang eksotik. Boleh dibilang meeupakan Raja Ampatnya Sumatera, Paradise from the South, pulau-pulau yang indah, pasir putih yang bagus, sampai bawah laut yang menawan. Bahkan Sumbar punya Mentawai yang mendunia. Runner up Best Worlds Spot Surfing dan Ombak Terbaik di dunia.
"Atraksinya sudah ada, potensinya cukup berprospek. Belum lagi soal rumah-rumah adat yang lancip di ujung kiri kanan, dengan posisi di atas tanah. Kulinernya apa lagi. Semua orang terkagum-kaum dengan cita rasa masakan Padang dengan Rendangnya yang mendunia,” paparnya.
Semua itu didukung oleh aksesibilitas serta amnenitas yang makin mumpuni. Sumbar memiliki Bandara International Minangkabau. Bandara ini melayani penerbangan dari 13 Kota di Indonesia serta 2 rute internasional dari Malaysia.
Begitu juga dengan amnenitasnya. Sumbar memiliki KEK Mentawai seluas 804 hektar yang kini tengah telah dibahas di Sekretariat Dewan Nasional KEK. Berdasarkan data BPS tahun 2018, Sumbar juga telah memiliki 76 hotel dengan jumlah kamar 4.560 unit. Dan juga didukung dengan 500 unit homestay dengan 6.461 kamar.
“Karena itu, momentum memiliki event yang mendunia ini harus dimaksimalkan benefitnya untuk memdongkrak pariwisata Sumbar ke dunia,” ucap Arief Yahya. (*)