Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, R. Agus H. Purnomo meminta agar operator pelayaran memperhatikan faktor kenyamanan penumpang disamping tetap mengutamakan faktor keselamatan pelayaran dalam penyelenggaraan angkutan laut lebaran tahun 2019 ini.
Hal tersebut menanggapi adanya keluhan salah satu penumpang kapal KM. Gunung Dempo yang dioperatori PT. Pelni dengan rute Sorong yang diberangkatkan pada 27 Mei 2019 menuju Surabaya yang telah tiba pada 30 Mei 2019 lalu.
Salah satu penumpang kapal KM. Gunung Dempo yang tidak diketahui namanya tersebut menyebutkan dalam informasi yang beredar di saluran komunikasi WhatsApp (WA) bahwa ketidaknyamanan penumpang selama pelayaran tersebut karena kurang maksimalnya fasilitas umum di atas kapal seperti air kamar mandi mati, ruangan panas, stok air mineral habis dan banyaknya penumpang yang mengisi lorong-lorong jalan di atas kapal.
"Pada saat itu, kapal memuat kurang lebih 2.000 orang penumpang namun masih dalam batas maksimal kapasitas angkut penumpang kapal tersebut yaitu sebesar 2.422 orang," ujar Dirjen Agus.
Adapun rute pelayaran kapal KM. Gunung Dempo adalah Tanjung Priok-Surabaya-Makasar-Baubau-Ambon-Sorong-Manokwari-Biak-Jayapura pp. KM. Gunung Dempo menjadi kapal favorit karena tidak banyak singgah di pelabuhan antara sehingga lebih efisien di waktu perjalanan.
Mengingat banyaknya penumpang kapal selama penyelenggaraan angkutan laut lebaran ini, Pemerintah melalui Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan memberikan persetujuan dispensasi penumpang kapal agar dapat memuat lebih banyak masyarakat yang akan pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari Lebaran.
"Pada prinsipnya Ditjen Hubla menyetujui usulan penambahan kapasitas jumlah penumpang kapal dari operator untuk mendukung kelancaran arus mudik lebaran dengan syarat operator pelayaran wajib memenuhi jumlah kecukupan peralatan keselamatan kapal selama berlayar," jelas Dirjen Agus.
Misalnya dengan menambah kapasitas life boat ditambah life raft sebesar 125 % dari jumlah penumpang dan awak kapal serta jumlah life jacket minimum sebanyak jumlah penumpang dan awak ditambah 10 % life jacket untuk anak-anak dan 5 % untuk cadangan.
Tentunya, penambahan dispensasi akan berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang di atas kapal seperti yang disampaikan salah satu penumpang kapal KM. Gunung Dempo tersebut.
Namun demikian, Dirjen Agus meminta agar operator kapal tetap memperhatikan kenyamanan penumpang, memaksimalkan pelayanan dan fasilitas umum serta memberikan penjelasan kepada penumpang agar memahami jika ada kekurangan dalam hal kenyamanan.
"Pemerintah tentunya akan terus memonitor setiap perkembangan di lapangan agar masyarakat dapat mudik dengan aman, selamat, tertib dan nyaman. Perlu sinergi dari regulator, operator dan pengguna jasa agar hal tersebut dapat terwujud. Yang pasti, keselamatan pelayaran adalah prioritas dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Jika kapal penuh dan melebihi kapasitas serta faktor cuaca yang tidak mendukung tentunya kami akan menunda pemberikan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) hingga cuaca mendukung untuk pelayaran dan meminta agar jumlah penumpang disesuaikan dengan kapasitas kapal," tegas Dirjen Agus.
Salah satu penumpang kapal KM. Gunung Dempo, Rahmat (45 tahun) yang ikut dari Ambon menuju Tanjung Priok Jakarta mengatakan bahwa kondisi kapal KM. Gunung Dempo penuh namun masih memungkinkan ia untuk beristirahat di salah satu ruangan bersama keluarganya.
"Penuh tapi masih bisa untuk beristirahat, seperti biasanya kalau naik kapal, kadang penuh dan kadang sepi. Kita ngerti karena memang lagi musim mudik lebaran kan gak setiap saat penuhnya seperti ini," ujar Rahmat.
Sementara itu, Bambang (38 tahun), salah satu penumpang kapal KM. Ciremai saat sandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Sabtu (1/6) mengatakan bahwa kenyamanan selama pelayarannya dari Makassar memang berkurang karena padatnya penumpang kapal, tetapi menurutnya masih dalam batas kewajaran dan ia menyebutkan bahwa kekurangan itu tertutupi dengan kepastian dirinya dapat terangkut dengan kapal KM. Ciremai yang dioperatori PT. Pelni untuk kembali ke kampung halamannya.
"Alhamdulillah, meski kenyamanan berkurang akibat penuhnya penumpang kapal tetapi saya tetap bersyukur karena saya bisa ikut naik kapal dan tiba di Surabaya dengan selamat. Jika ada kekurangan dapat dimaklumi dan kami sesama penumpang saling mengerti dan memahami kondisi yang ada. Yang terpenting kami sampai dengan selamat dan kami berterima kasih kepada Pemerintah yang sudah memikirkan kami agar bisa pulang ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran bersama keluarga," tutup Bambang. (*)