Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, kembali mengandalkan event budaya untuk menarik wisatawan crossborder. Kali ini, event yang disiapkan adalah Gawai Serumpun Tampun Juah. Kegiatan ini akan dilangsungkan pada 25-30 Agustus 2019.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sanggau, Fransiskus Meron, Gawai Serumpun Tampun Juah akan dilaksanakan di Segumun, Kecamatan Sekayam, Sanggau, Kalimantan Barat.
“Gawai Serumpun Tampun Juah juga dikenal dengan nama Gawai Ngumpan 7 Tiang Sandong. Kegiatan ini akan melibatkan negara tetangga Malaysia. Terutama dari Sabah, Serawak, Brunai. Juga dari Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau, Sanggau,” papar Meron, Senin (10/6/2019).
Menurut Meron, Tampun Juah adalah daerah asal Suku Dayak Iban. Pada masanya, masyarakat Suku Iban suka berburu sampai ke berbagai pelosok Pulau Kalimantan. Bahkan hingga ke Serawak Malaysia dan Brunei.
“Saat itu Pulau Kalimantan belum berisi negara-negara. Sebagian dari para pemburu itu pulang ke daerah asal. Tapi, sebagian lagi menetap di daerah buruan mereka. Inilah yang membuat Suku Dayak Iban tersebar ke beberapa negara di Pulau Kalimantan,” terang Meron.
Cerita berpindahnya masyarakat iban dari tanah Tampun Juah berasal dari buah "Kana". Atau, nyanyian kerinduan. Nyanyian ini dibawakan semalam suntuk oleh para orang tua (Kakek mereka). Sementara Gawai berasal dari keyakinan masyarakat Dayak Iban. Keyakinan bahwa ada kehidupan yang tidak bisa dilihat di wilayah Tampun Juah. Maka, diadakan gawai setiap tahunnya.
“Tampun Juah sudah dibina oleh Institut Dayakologie dan gerakan pancur kasih. Saat ini, gawai dan pemeliharaan Tampun Juah dikelola oleh organisasi Laja Lolang Basua. Yaitu 3 ketemengungan, terdiri dari ketemengungan iban Sebaruk, Sisang, Bisomu,” tutur Meron.
Untuk tahun 2019, Panitia Gawai Serumpun melakukan komunikasi dengan Saudara mereka dari Brunei dan Serawak. Tujuannya untuk melakukan ritual penancapan pantak. Tepatnya sebagai simbol pengakuan mereka sebagai keturunan Tampun Juah.
Asisten Deputi Bidang Pengembangn Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Adella Raung, mengatakan nilai jual budaya Suku Dayak sangat tinggi.
“Suku Dayak itu sangat khas sekali. Apalagi Suku Dayak Iban. Karena, keturunannya sudah menyebar ke pelosok Pulau Kalimantan. Makanya, event budaya sangat tepat untuk dijadikan atrasi di crossborder Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat. Karena ada ikatan emosional yang membuat wisatawan crossborder datang ke Indonesia,” papar Adella, didampingi Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Sapti Haryono.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani memiliki penilaian yang sama.
“Budaya Suku Dayak sangat khas Kalimantan. Suku ini masih menjaga kelestarian alamnya. Juga memiliki keindahan budaya yang sangat terjaga. Hal ini jelas sangat menarik buat wisatawan,” paparnya.
Menteri Pariwisata memberikan apresiasi buat Kabupaten Sanggau yang sangat baik menjaga budaya masyarakatnya.
“Budaya itu semakin dilestarikan, semakin menghasilkan. Semakin tinggi valuenya. Budaya juga menjadi salah satu alasan utama wisatawan mancanegara mengunjungi destinasi. Selain tentunya karena faktor nature. Kalimantan memiliki modal itu. Apalagi letaknya di crossborder. Makanya kita berharap event-event seperti ini bisa digarap maksimal,” katanya.(*)