Aceh Culinary Festival 2019 memang keren. Digelar 5-7 Juli 2019, berbagai atraksi dan kuliner yang disuguhkannya mampu mendatangkan wisatawan.
Tercatat festival ini mampu menyedot 100 ribu wisatawan. Bukan saja wisatawan asal Banda Aceh serta berbagai kabupaten/kota lainnya tetapi juga dari mancanegara.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kadispar Aceh Jamaluddin pada malam penutupan ACF 2019, Minggu (7/7).
"Seperti yang kita harapkan, ACF 2019 mampu menjadi magnet wisatawan. Ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh pihak yang bahu-membahu mensukseskan acara," ujar Jamaluddin, Minggu (7/7).
Tak dapat dipungkiri, sejak hari pertama Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh tempat dilangsungkannya acara penuh sesak oleh wisatawan.
Apalagi festival tersebut pun menyajikan berbagai kuliner khas Aceh dari 23 Kabupaten/kota yang ada di Aceh. Belum juga berbagai atraksi lainnya yang membuat AFC 2019 makin berwarna.
Seperti halnya Culinary Camp yang berisi 50 sesi demo masak, workshop dan diskusi mengenai kuliner. Ada juga pertunjukan seni budaya serta live musik dari berbagai band ternama.
"Tahun ini banyak terobosan yang kita hadirkan. Selain itu kita juga mengundang chef dan penggiat kuliner ternama sehingga ACF 2019 kian diminati wisatawan yang terus berdatangan setiap harinya," papar Jamaluddin.
Ramainya wisatawan yang terus membanjiri acara tentunya membuat penjual kuliner yang menjadi peserta ACF 2019 happy. Berbagai gerai kuliner yang berjualan semuanya kebanjiran pembeli.
"Berdasarkan data yang dihimpun panitia dari seluruh tenan pengisi acara, perputaran uang di acara ini mencapai Rp. 5 Milliar selama 3 hari pelaksanaan. Sebuah angka yang boleh dibilang fantastis dan tentunya ini membawa efek positif bagi pengembanga ekonomi Masyarakat," papar Jamaluddin.
Staff Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calendar of Event (CoE) Esthy Reko Astuti pun mengakui jika ACF 2019 terus mengalami peningkatan dalam upaya menarik minat wisatawan. Keberadaanya pun menjadi salah satu atraksi unggulan wisata halal di Aceh.
"Tahun lalu perputaran ekonomi di ACF sampai 3 miliar, dan tahun ini mencapai 5 miliar. Ini tentu peningkatan yang luar biasa terutama membantu perekonomian masyarakat. Dan inilah seharusnya event digelar. Event wisata harus memiliki daya tarik cultural value, commercial value, serta communication value dalam menarik wisatawan seperti AcmCF 2019 ini," ungkap Esthy.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, festival ini harus menjadi bagian dari upaya melestarikan budaya Aceh.
Karena kuliner tidak semata berkaitan dengan pangan, tetapi juga bagian dari tradisi lokal yang perlu dilestarikan.
"Dan ini jelas laku dijual ke wisatawan mancanegara. Ada banyak cerita dan falsafah hidup yang terkandung di dalam kuliner Aceh. Jadi bukan hanya sekedar makanan semata, ini sangat dicari wisman," kata Rizki.
Terpisah Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan jika Aceh cukup jeli membaca peluang. Termasuk juga jeli melihat kuliner sebagai keunggulan potensinya.
Karena jelas, dengan digelarnya ACF 2019 memberikan multiplier effect bagi Aceh. Baik itu direct impact, maupun indirect impact.
"Direct impact-nya UMKM meraup laba besar dari penjualan kuliner akibat membludaknya wisatawan. Sedangkan indirect impact-nya nama kuliner Aceh semakin dikenal luas dan ini berdampak promosi pariwisatanya. Atraksi wisata itu yang penting di-create serius, promosinya juga serius sehingga dampaknya besar bagi perkembangan pariwisata. Ya seperti ACF 2019. Selamat atas suksesnya ACF 2019," kata Menpar Arief Yahya. (*)