News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Desa Inovatif

Taman Herbal Mayangsari, Hidupnya Semarak Ekonomi Warga Dusun Jambe, Desa Semin

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Taman Herbal Mayangsari yang dikelola oleh KWT Mayangsari, Desa Semin.

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Lahan tidur, alias lahan pertanian yang tidak lagi dimanfaatkan selama lebih dari dua tahun, dapat menjadi potensi bagi suatu wilayah untuk meningkatkan produktivitas dan mencipta inovasi.

Inilah yang jadi perhatian masyarakat desa di Dusun Jambe, sebuah dusun di Desa Semin, Kabupaten Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan gagasan gemilang, masyarakat Dusun Jambe, Desa Semin, mendapat dukungan penuh dari pemerintah desa untuk mendayagunakan lahan tidur di pekarangan dusun Jambe dengan menanami tanaman herbal atau tanaman obat keluarga (TOGA).

Tak tanggung-tanggung, pemerintah desa mendukung pemberdayaan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata. Terutama dengan tersedianya sumber daya Kebun Bibit Desa (KBD) di wilayah Desa Semin.

Lahirlah sebuah taman wisata edukasi tanaman herbal yang dinamakan Taman Herbal Mayangsari.

“Tentu kami mendukungnya secara serius ya. Ini kan tadinya dari pemanfaatan lahan tidur di lingkungan pekarangan warga yang selama ini tidak produktif. Berkat kreativitas dari masyarakat sini, mereka secara swadaya menanam berbagai macam tanaman herbal,” terang Tri Sutarno, Kepala Desa Semin, sebagaimana dihubungi Tribunnews via telepon, Selasa (1/10/2019).

Tri pun menuturkan, edukasi tanaman herbal sangat penting bagi masyarakat, terutama melihat dampak arus global yang kian menjauhkan masyarakat terhadap fungsi tanaman herbal sebagai jamu tradisional.

“Kami awalnya juga ingin mengedukasi masyarakat berkaitan dengan penggunaan tanaman herbal sebagai obat-obatan tradisional,” sambung Tri.

Secara mengejutkan, terdapat lebih dari 74 jenis tanaman herbal yang ada di Taman Herbal Mayangsari, Dusun Jambe. Dengan jumlah sebanyak ini, bukan tak mungkin suatu saat Desa Semin akan menjadi desa rujukan tanaman herbal terlengkap di Yogyakarta, bahkan Indonesia.

Baca: Dana Desa dan Inovasi Majukan dan Sejahterakan Masyarakat Desa Papahan

Kini, aktivitas perekonomian Dusun Jambe jadi lebih riuh, terutama karena banyaknya pengunjung Taman Herbal mayangsari, mulai dari siswa PAUD dan taman kanak-kanak, pelajar, umum, hingga pemerintah lintas kabupaten.

“Dengan adanya Taman Herbal Mayangsari, desa jadi ramai ya. Kami bisa mengedukasi pengunjung, dan pengunjung juga beragam, dari mulai TK, Paud, hingga dari pemerintahan lain, seperti pada 14 September lalu ada kunjungan dari Kabupaten Trenggalek,” tambah Tri.

Jahe Merah, Primadona Dusun Jambe

Taman Herbal Mayangsari yang dikelola oleh KWT Mayangsari, Desa Semin

Lebih dari 100 jenis tanaman herbal ditanam di Taman Herbal Mayangsari. Di antaranya adalah jahe merah, kunir, kunir putih, temulawak, kunyit, lengkuas, lidah buaya, lidah mertua, mahkota dewa, hingga sambung nyawa.

Namun, yang menjadi komoditas primadona di Dusun Jambe adalah tanaman jahe merah. Bahkan, pemerintah desa mengimbau masyarakat untuk turut menanam jahe merah di masing-masing pekarangannya. Nantinya, warga dapat mengolah jahe merah tersebut untuk dijadikan jamu yang dapat dijual.

Dengan tiket yang dibanderol seharga Rp 5 ribu per kepala, para pengunjung Taman Herbal Mayangsari juga mendapatkan segelas jahe merah instan khas buatan para warga Dusun Jambe.

Kelompok Wanita Tani Mayangsari, penggerak perekonomian ibu rumah tangga Dusun Jambe

Kelompok Wanita Tani Mayangsari.

Salah satu taktik brilian Desa Semin untuk memberdayakan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, adalah dengan menginisiasi Kelompok Wanita Tani (selanjutnya disebut KWT) Mayangsari, yang berisi para pengurus yang fokus memberdayakan Taman Herbal Mayangsari sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan bertani dan mengolah hasil pertanian.

Misalnya, ibu rumah tangga dapat menanam tanaman herbal di pekarangan rumahnya masing-masing, kemudian hasilnya dapat dijual melalui perantara KWT.

Baca: Aplikasi M-Desa Dangri Kangin: Wujudkan Layanan Masyarakat Desa dalam Genggaman

Secara singkat, ketua KWT Mayangsari, Ninik Rahayu, menjelaskan bagaimana Taman Herbal Mayangsari membantu meningkatkan kesejahteraan ibu rumah tangga.

“Dari tanaman herbal itu, contohnya jahe merah, kami bisa mengolahnya jadi jamu  instan. Lalu bisa dijual kepada para pengunjung atau di luar masyarakat desa. Sekarang banyak dari anggota yang bisa bikin sendiri, lalu disetorkan kepada KWT.  Kamilah nanti yang akan menjualnya kepada pengunjung maupun ke luar desa. Kami juga menjual tanaman herbalnya langsung,” terang Ninik ketika dihubungi Tribunnews, Selasa (1/10/2019)

Guna menciptakan SDM unggul, KWT merekrut semua wanita, terutama ibu rumah tangga, di Dusun Jambe, Desa Semin, agar lebih mandiri secara ekonomi.

“Saya masukan hampir semua wanita jadi anggota KWT, pokoknya saya bilang gini: ‘silakan membuat tanaman, silakan buat olahan, nanti dititipkan ke kami dan akan dijual. Satu dusun jambe itu saya masukan semua, agar mereka jadi SDM unggul ya. Saya mengimbau mereka  silakan nanem apa saja. nanem sayuran, nanem jahe merah, apa saja,” terangnya.

Hasil penjualan akan dibagikan KWT kepada para anggotanya yang mayoritas merupakan ibu rumah tangga.

Harapan Pemerintah Desa untuk Taman Herbal Mayangsari dan warga Dusun Jambe

Kunjungan dari Pemkab Trenggalek ke Dusun Jambe, Desa Semin.

Presiden Joko Widodo, melalui Kementerian Desa (Kemendesa), mengalokasikan anggaran dana desa se-optimal mungkin untuk memberdayakan potensi desa. Hal ini pula yang coba dimaksimalkan pemerintah Desa Semin melalui KWT dan Taman Herbal Mayangsari.

“Kami mendayagunakan dana desa untuk memberdayakan Kelompok Wanita Tani ini. Dari dana desa kami  berikan pelatihan dan peralatan untuk memproduksi makanan olahan dari hasil tani yang ada di wilayah kita, misalnya. Juga terkait pengelolaan tanaman herbal ini, kami fasilitasi agar tanaman herbal ini bisa jadi komoditas yang punya nilai ekonomi,” papar Tri.

Taman Herbal Mayangsari, sebagai inovasi desa, tampaknya telah berhasil menciptakan perubahan.

“Aktivitas perekonomian jadi lebih semarak, berbeda sekali dengan sebelum adanya taman herbal ini. Misalnya, ketika ada event pameran-pameran itu selalu melibatkan KWT dan para anggotanya. Hasil produksi mereka laku terjual, sehingga dapat jadi pemasukan tambahan bagi keluarga,” kata Tri.

Ke depannya, pemerintah desa akan lebih gencar mengalokasikan dana desa untuk memfasilitasi para anggota KWT dalam mengolah produk tanaman herbal.

Baca: Desa Baleharjo, Inspirasi Gotong Royong Provinsi DIY lewat lnovasi

“Ke depannya, demi menciptakan lebih banyak SDM unggul, kami kami akan membuat pelatihan karena selama ini kan pembuatan jamu herbalnya masih manual ya, masih tradisional, belum pakai alat. Kami akan berinovasi dengan memberikan pelatihan dan inovasi peralatan berkaitan dengan pembuatan jamu,” pungkas Tri.

Dampak KWT dan Taman Herbal Mayangsari bagi Masyarakat

Kepala desa bersama penyelenggara lomba inovasi desa 2019 tingkat nasional

Dikatakan Tri Sutarno, kesejahteraan masyarakat Dusun Jambe, terutama ibu rumah tangga, kian membaik berkat adanya Taman Herbal Mayangsari. Salah satu yang merasakan dampak ini ialah Purwanti, ibu rumah tangga satu anak dan dua cucu di Dusun Jambe.

Dihubungi Tribunnews via telepon pada Selasa (1/10/2019), Purwanti menceritakan kesannya terkait kehadiran Taman Herbal Mayangsari dan keanggotaannya di KWT.

“Menyenangkan. Dengan adanya Taman Herbal, Dusun jadi ramai dari mulai Paud sampai yang tua-tua. Kini saya bisa membuat jamu jahe merah instan, kunir instan, dan temulawak instan. Setiap kunjungan, pasti jamunya habis,”  terang Purwanti.

Purwanti yang sehari-hari berjualan ikan di pasar pun merasakan pemasukannya yang naik signifikan berkat Taman Herbal Mayangsari dan pengolahan herbal yang dibimbing KWT.

“Alhamdulillah, penghasilan bertambah terus. Dulu penghasilan rata-rata ibu rumah tangga ya dari berdagang di pasar. Terasa banget perubahannya, kebutuhan rumah tangga lebih lancar dengan memproduksi apotek hidup, seperti jahe merah, gula asem, kunir asem,” sambungnya.

Sebagai anggota KWT aktif, Purwanti berharap agar ia dapat terus menjual produk herbal olahanya kepada KWT.

“Semoga bisa lebih ditingkatkan terus. Supaya tercapai cita-cita semua bisa lebih sejahtera dan bahagia,” tutup Purwanti.

KWT, diwakili oleh Ninik Rahayu sebagai ketua, juga mengutarakan harapannya agar kelompoknya dapat senantiasa berkolaborasi dengan pemerintah desa untuk mengembangkan dan melestarikan Taman Herbal Mayangsari, demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Harapannya ya kita bisa berbagilah untuk kelompok lain, bisa bermanfaat, lebih bisa mendongkrak ekonomi anggota kami. Semua pemasukan, dari hasil jualan jamu dan tanaman kepada pengunjung, akan masuk kas untuk mensejahterakan para anggota KWT,” tutup Ninik. (*)

Reporter: Bardjan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini