TRIBUNNEWS.COM, KENDARI - Pengembangan pangan lokal ke arah industri dan komersialisasi sangat penting dilakukan, mengingat berbagai tantangan kedepan seperti pergeseran pola konsumsi pangan yang mengarah pada konsumsi makanan jadi, yang mencapai diatas 30 persen dari pengeluaran konsumsi per kapita/bulan, dan pergeseran komposisi penduduk usia produktif sekitar 68,75 persen dari total populasi pada tahun 2020.
"Ini menjadi peluang sekaligus tantangan dalam penyediaan pangan komersial, untuk menumbuhkan bisnis pangan lokal," kata Plt. Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Riwantoro mewakili Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, saat penyerahan trofi kepada pemenang Festival Pangan Lokal (FPL) di lokasi pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 di Kendari, Sabtu (2/11/2019).
Baca: BKP Kementan Launching Kegiatan Family Farming Sebagai Kelanjutan KRPL
Pangan lokal komersial merupakan pangan yang memiliki nilai ekonomis, dan diharapkan memiliki daya saing yang kuat. Diterima masyarakat dengan harga terjangkau, namun tetap bergizi.
Riwantoro berharap, melalui FPL ini tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA), tetapi juga mendorong kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan olahan pangan lokal yang bernilai komersial.
Baca: Mentan Syahrul Tegaskan Membangun Pertanian Tanggung Jawab Semua Pihak
"Dengan semangat kemandirian pangan, mari kita kembangkan dan promosikan beragam olahan pangan lokal yang kita miliki, sehingga dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk pangan lokal" tutur Riwantoro yang juga Sekretaris BKP.
FPL yang menjadi agenda tahunan dalam HPS, diikuti 34 provinsi yang menampilkan berbagai produk olahan pangan sesuai potensi dan sumberdaya lokal yang dimiliki. Pangan lokal yang dinilai terdiri dari tiga kluster yaitu, serealia, sagu, dan umbi-umbian. Serealia meliputi jagung, jawawut, sorgum. Umbi-umbian meliputi singkong, talas, ganyong, dan lainnya.
Suharti, salah satu peserta dari Natuna Provinsi Kepulauan Riau mengungkapkan antusiasmenya dalam penyelenggaraan FPL ini.
"Saya sangat senang mendapat kesempatan mengenalkan berbagai produk olahan dari sagu di sini," ungkapnya. Ia juga menuturkan produk olahan berupa cake brownies sagu banyak digemari dan sudah dipasarkan kepada masyarakat.
Baca: HPS Ke-39 di Kendari, Kementan-Pemprov Sultra Kembangkan Industri Pangan Lokal
Melalui FPL, Riwantoro berharap pangan lokal dapat dikenal lebih luas lagi. "Bisnis pangan lokal yang bapak dan ibu kembangkan agar lebih maju lagi dengan inovasi baru yang terus menerus," ujarnya.
FPL merupakan transformasi dari Lomba Cipta Menu (LCM) yang setiap tahun digelar oleh BKP. Dalam menentukan pemenang, telah dilakukan penilaian oleh Tim Juri dari Ahli Teknologi pengolahan pangan, ahli gizi, ahli boga, pelaku usaha pangan lokal, dan media massa.
Pada FPL kali ini, Provinsi Sumatera Utara keluar sebagai juara umum dengan beberapa produk unggulan berbahan pangan lokal antara lain krupuk kulit ikan patin dan kripik Gamumu berbahan dasar kimpul/keladi.