BMKG pun senantiasa melakukan inovasi dalam tugasnya agar dapat memberikan data yang semakin akurat. Diantaranya menggunakan teknologi radar cuaca untuk TMC.
"Dengan radar cuaca akurasi prediksi cuaca menjadi lebih akurat karena resolusi data radar ini lebih tinggi," ucapnya.
Disebutkan juga jika saat ini BMKG telah memiliki 41 unit radar cuaca yang terdiri dari jenis 37 C-Band dan 4 X-Band yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selanjutnya Yarwansyah, Direktur Mobilisasi Sumberdaya Darurat BNPB pun mengakui kejadian karhutla tahun 2020 jauh sekali menurun dibandingkan tahun 2019 salah satunya akibat TMC yang gencar dilakukan sejak awal tahun.
Diungkapkan olehnya jika BNPB mendukung TMC melalui Dana Siap Pakai (DSP) yang bisa digunakan pada daerah-daerah yang telah mengumumkan status siaga darurat.
BNPB disebut Yarwansyah telah mendukung pendanaan TMC dengan DSP pada Periode 1 (11 Maret - 2 April 2020) dan pada Periode 3 (24 Juli - sekarang).
Pelaksanaan TMC sampai dengan saat ini sudah dilakukan di Riau, Sumatera Selatan, dan Jambi. Berikutnya menyusul dilakukan di Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara.
Sebagai informasi, berdasarkan pemantauan satelit Tera/Aqua Masa Conf. level >80%, tahun 2020 (1 Januari -13 Agustus 2020) jumlah hotspot menurun sebanyak 2.432 titik hotspot/turun 66,83% dibandingkan tahun 2019.
Selanjutnya luas areal terbakar pada tahun 2020 hingga Bulan Juli 2020 pun mengalami penurunan 53,1% dibandingkan tahun 2019 lalu (64.602 ha tahun 2020 berbanding 137.007 ha di tahun 2019). (*)