TRIBUNNEWS.COM - Kementerian BUMN resmi membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) yang ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham (shareholders agreement) pada Selasa, (16/3/2021) lalu.
Empat pemegang saham tersebut ialah perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi yakni Holding Industri Pertambangan - MIND ID, PT ANTAM Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dengan komposisi saham masing-masing sebesar 25%.
Dalam konferensi pers pembentukan IBC yang dilangsungkan secara virtual, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan bahwa pembentukan IBC menjadi strategi pemerintah khususnya Kementerian BUMN untuk memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia.
“Kita ingin menciptakan nilai tambah ekonomi dalam industri pertambangan dan energi, terutama nikel yang menjadi bahan utama baterai EV, mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik, dan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujar Menteri Erick, Jumat (26/3/2021).
Selain itu, tambah Menteri Erick, dengan investasi skala besar seperti ini diharapkan juga akan membuka lapangan pekerjaan baru yang lebih luas terutama untuk para generasi muda.
Didirikan sebagai holding, pembentukan IBC ditujukan untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Seperti yang diketahui, di sektor hulu, Indonesia memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia dengan porsi cadangan sebesar 24% dari total cadangan nikel dunia. Sedangkan di sisi hilir, Indonesia berpotensi memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan bermotor roda dua dan empat yang sangat besar dengan potensi 8,8 juta unit untuk kendaraan roda dua dan 2 juta unit untuk kendaraaan roda empat pada tahun 2025.
Dengan keunggulan rantai pasokan yang kompetitif ini pun Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan bermotor listrik dan baterai listrik, setidaknya 35% komponen EV bisa berasal dari lokal.
Untuk membentuk entitas patungan di sepanjang rantai nilai industri EV battery, Menteri Erick mengungkapkan bahwa IBC juga terbuka untuk bekerja sama dengan siapapun asalkan harus memenuhi tiga kriteria yaitu mendatangkan investasi pada sepanjang rantai nilai, membawa teknologi, dan pasar regional atau global.
“Tiga syarat itu penting agar seluruh rantai nilai industri EV battery ini dapat dibangun secara terintegrasi melalui sinergi yang strategis,” jelas Menteri Erick.
Hingga saat ini, diketahui telah dilakukan penjajakan kerja sama kepada beberapa perusahaan global yang bergerak di industri baterai EV seperti China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Eropa.
Sebagai informasi, dalam konferensi pers pembentukan IBC tersebut turut hadir Wakil Menteri BUMN 1 Pahala N. Mansury, Ketua Tim Percepatan Proyek EV Battery Nasional Agus Tjahajana Wirakusumah, Group CEO MIND ID Orias Petrus Moedak, Direktur Strategi, Portofolio & Pengembangan Usaha Pertamina Iman Rachman, Dirut PLN Zulkifli Zaini, Dirut ANTAM Dana Amin, dan Dirut Pertamina Power Indonesia Dannif Danu Saputro.