TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka mendukung program Indonesia Naval Aquagriculture Program (INAP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), telah mendistribusikan benih udang vaname hasil teknologi Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIUUK) Karangasem.
“Kami sangat mendukung program INAP, salah satunya adalah dengan mendistribusikan benih udang sebanyak 4 juta ekor di INAP II Pengambengan, hasil pembenihan dari BPIUUK Karangasem,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu.
Secara mikro, menurut Dirjen yang akrab disapa Tebe menyebut, ini sejalan dengan program KKP yang mengejar target produksi udang 2 juta ton pada tahun 2024 yang diupayakan melalui 2 strategi utama yaitu: pertama, modelling budidaya udang terintegrasi, yang bertujuan untuk membangun kawasan tambak udang modern terintegrasi, yang menerapkan good aquaculture practices dari hulu hingga hilir, serta melibatkan masyarakat dan kerja sama swasta. Kedua, revitalisasi tambak udang, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan tambak tradisional untuk meningkatkan nilai tukar pembudidaya ikan.
“Dari dua strategi inilah nanti akan tercipta peningkatan produksi udang nasional yang mengedepankan ekonomi biru,” ujar Tebe.
Upaya ini dilakukan, masih menurut Tebe, sesuai dengan program Presiden RI dalam Presidensi G20 Tahun 2022 yang mengangkat “Ekonomi Biru untuk Laut Sehat, Indonesia Sejahtera”, yang mana KKP tengah menggaungkan Ekonomi Biru, dengan prinsip “Ekologi sebagai Panglima” dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
“Sebagaimana arahan Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono bahwa ekonomi biru sebagai panglima yaitu melakukan proses budidaya yang berkelanjutan baik secara ekonomi maupun lingkungan. Mulai dari pemilihan lahan yang sesuai dengan tata ruang, pemanfaatan air yang sesuai kebutuhan, dan buangan air yang diproses dulu sebelum dikembalikan ke lingkungan,” ungkap Tebe.
Selain itu, pembangunan kelautan dan perikanan berbasis ekonomi biru diterjemahkan ke dalam 3 program terobosan KKP, salah satunya pengembangan perikanan budidaya yang berorientasi ekspor dengan komoditas unggulan salah satunya adalah udang.
Dengan begitu nantinya akan memberikan nilai dan berdampak positif baik dari aspek sosial yakni menjamin social inclusiveness dalam hal lapangan kerja dan kesejahteraan yang berkeadilan bagi masyarakat kecil.
Kemudian aspek produksi yaitu pemanfaatan input produksi dan energi yang efisien dan bernilai tambah ekonomi yang tinggi. Serta aspek ekonomi yaitu penciptaan multiple business dan multiple cashflow, termasuk pemanfaatan limbah hasil produksi/zero waste.
“Untuk mencapai itu semua, KKP terus melakukan peningkatan kapasitas produksi udang nasional melalui produksi induk udang unggul untuk menghasilkan benih udang bermutu, sehingga secara berkelanjutan mendistribusikannya kepada pembudidaya. Selain didukung oleh pemanfaatan teknologi digital, tentunya juga perlu adanya kolaborasi dengan semua pihak agar strategi yang sudah dibangun berjalan baik, dengan semua stakeholder, pelaku usaha dan pemerintah daerah, serta tak terkecuali seperti dukungan program seperti INAP ini,” tutur Tebe.
Oleh karenanya, mewakili KKP, ia mengapresiasi program INAP mengingat selaras dengan program KKP yakni penerapan ekonomi biru dalam peningkatan produksi udang nasional.
“Saya apresiasi dengan program INAP yang menjadikan ekologi sebagai panglima. Serta mampu menyerap tenaga kerja lokal. Semoga target 1.000 INAP bisa segera terwujud dikembangkan di Kabupaten/Kota lainnya di seluruh Indonesia. Tentunya target pembangunan 1.000 INAP ini dengan tetap Ekologi sebagai Panglimanya," tegas Tebe.
Sementara itu, Kepala Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI, Yudo Margono dalam rangka kunjungannya ke INAP di Kabupaten Jembrana (11/5/2022), mengatakan program INAP merupakan program TNI Angkatan Laut berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan sektor swasta. Yaitu program peningkatan produksi sektor kelautan dan perikanan dalam hal ini peningkatan produksi udang nasional dengan budidaya ramah lingkungan, dengan mengacu pada ekonomi biru, dimana kegiatan budidaya yang dilakukan dengan melihat keseimbangan ekologi dan pertumbuhan ekonomi berjalan seimbang.
“Saya bangga keberhasilan INAP I bisa panen udang dengan masa pemeliharaan hanya 60 hari. Keberhasilan ini merupakan capaian hasil dari kebersamaan dan kolaborasi dari kementerian terkait dan pemerintah daerah yang sangat berperan dalam upaya peningkatan ekonomi bangsa ke depan yakni menyejahterakan masyarakat pesisir dalam memberdayakan potensi laut dengan menyerap tenaga kerja lokal. Serta tentunya dalam rangka mendukung program peningkatan target produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024 nanti, “ ungkap Laksamana Yudo.