News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mendikbudristek: Talenta Pemimpin Masa Depan di Satuan Pendidikan Adalah Guru Penggerak

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) mendorong lulusan Program Guru Penggerak (PGP) mendapatkan prioritas untuk menempati posisi strategis di satuan pendidikan.

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) mendorong lulusan Program Guru Penggerak (PGP) mendapatkan prioritas untuk menempati posisi strategis di satuan pendidikan. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa pihaknya telah merancang regulasi yang mendukung dan memastikan alumni Guru Penggerak benar-benar mendapatkan prioritas dan kesempatan pertama di posisi kepemimpinan

“Dari awal saya ingin memastikan bahwa Guru Penggerak adalah talenta pemimpin masa depan, seperti kepala sekolah, pengawas, dan lain-lain,” ujar Mendikbudristek.

Dalam Peraturan Mendikbudristek (Permendikbudristek) Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, pemerintah menegaskan bahwa jalur kepemimpinan pendidikan ke depan adalah dari jalur Guru Penggerak. Dalam peraturan dijelaskan bahwa syarat jadi kepala sekolah harus memiliki sertifikat Guru Penggerak. Sementara itu, berdasarkan Permendikbudristek Nomor 26 Tahun 2022, sertifikat Guru Penggerak juga digunakan untuk pemenuhan syarat sebagai pengawas sekolah atau penugasan lain di bidang pendidikan.

Guna mewujudkan hal tersebut, Menteri Nadiem mengatakan, para calon Guru Penggerak akan diberi kesempatan untuk mengikuti Program Guru Penggerak (PGP). Di sana, mereka difasilitasi pelatihan yang mendukung kompetensi tenaga pendidik agar memiliki pola pikir yang berorientasi pada peserta didik. Dengan kata lain, kata Nadiem, PGP bukanlah pelatihan dan pelatihan (diklat) biasa melainkan upaya peningkatan kapasitas yang bertujuan agar guru dapat memberikan dampak nyata dalam pembelajaran di kelas yang lebih menyenangkan dan sesuai kebutuhan peserta didik.

“Guru bukan sekadar dilatih cara mengajarnya saja, tetapi dibuka pemikirannya agar secara mandiri dapat bereksperimen dan percaya diri mengikuti instingnya dalam menciptakan format pembelajaran yang menyenangkan sehingga murid pun merasakan perbedaannya di kelas,” lanjut Mendikbudristek.

Salah satu platform teknologi yang disediakan untuk mendukung para guru agar dapat mengajar lebih baik, meningkatkan kompetensinya, dan berkembang secara karier, adalah Platform Merdeka Mengajar (PMM). Platform ini akan terus berkembang dengan fitur-fitur yg dapat membantu guru menjadi pendidik yang lebih baik ke depan.

Melalui produk perangkat ajar tersebut, para guru dapat memperoleh inspirasi materi pengajaran sesuai dengan mata pelajaran dan fase tertentu yang menjadi bagiannya. Setiap perangkat ajar juga dilengkapi dengan alur dan capaian pembelajaran agar guru dapat menavigasi proses pembelajaran sesuai kebutuhannya.

PMM, berisikan kumpulan materi pengajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam mencari materi pengajaran yang sesuai dengan mata pelajaran dan fase belajar yang diinginkan. Semua guru dan kepala sekolah di satuan pendidikan yang berada dalam program Sekolah Penggerak dan SMK Program Keunggulan berhak mengakses platform ini. Masyarakat dapat mengakses informasi lebih lanjut melalui https://guru.kemdikbud.go.id.

Merujuk data capaian program prioritas Kemendikbudristek hingga tahun 2022, guru dan kepsek yang mendapatkan peningkatan kompetensi sudah mencapai 15.383 orang. Lalu, guru yang mengikuti sertifikasi guru sebanyak 116.656 orang. Adapun jumlah guru dan tenaga kependidikan yang difasilitasi dalam pengembangan kariernya sebanyak 176.792 orang. Sementara itu, fasilitator dan pendamping PGP yang mendapatkan peningkatan kompetensi sudah mencapai angka 15.510 orang.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal (Plt. Dirjen GTK), Nunuk Suryani menyampaikan apresiasi atas komitmen, perjuangan, semangat, dan daya juang seluruh tenaga pendidikan yang telah menjalani pendidikan PGP. “Kita semua sangat bangga dengan terlihatnya perubahan pola pikir dan pembelajaran guru-guru kita terutama dalam melihat dan memosisikan murid. Saya harap, semangat egaliter, terbuka, terus belajar dan berbagi serta budaya refleksi terus mengakar dan menjadi inspirasi bagi guru-guru kita,” tutur Nunuk Suryani.

Program Guru Penggerak Dorong Kemandirian dalam Bertransformasi

Bupati Garut, Rudy Gunawan mengungkapkan bahwa PGP menunjukkan perhatian dan komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kompetensi guru di Indonesia. “Menurut saya, program ini menukik pada hal pokok dalam proses belajar mengajar. Guru diberikan modul pembelajaran tentang bagaimana strategi mendidik yang baik berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara yang berfokus pada kebutuhan anak. Pemimpin pembelajaran adalah guru yang diarahkan dengan benar,” ucapnya.

Sementara itu, Bupati Tulang Bawang Barat, Umar Ahmad juga menilai bahwa program PGP ini sangat luar biasa, karena dapat membangun peradaban Indonesia ke depan. “Kami siap mendukung program ini karena memberikan ruang kepada guru untuk melakukan diferensiasi pembelajaran kepada peserta didik,” tegasnya.  

Salah satu Guru Pengerak Angkatan I dari SMP PGRI 2 Kota Denpasar, Bali yang juga seorang Guru IPA dan Plt. Kepala Sekolah, Ayu mengemukakan pendapatnya bahwa keikutsertaannya dalam PGP membuatnya menjadi lebih disiplin, mandiri, dan kreatif, karena terbiasa mengerjakan tugas modul PGP dengan waktu yang telah disediakan.

Menurutnya, para peserta dilatih untuk mencari sendiri materi-materi sebagai bentuk persiapan mengajar. Para guru didorong untuk menciptakan strategi belajar yang inovatif, menyenangkan, dan lebih demokratis agar peserta didik terpacu untuk berani berpendapat dan saling menghargai antarsesamanya.

“Di sekolah saya bergerak bersama teman-teman guru untuk merancang program yang berdampak pada murid. Saya imbaskan materi yang ada di PGP dengan membuat RPP berdiferensiasi dan klinik pendampingan (coaching) dengan memanfaatkan aset yang ada di sekolah,” jelas Ayu.

Perubahan dalam proses pembelajaran itu dirasakan oleh siswanya yang bernama Gina. Gina merasa senang belajar dengan gurunya. “Bu Ayu sangat baik, sabar, dan kreatif. Suasana kelas menjadi jauh lebih bersemangat dan antusias. Beliau juga mengapresiasi siswa dalam belajar dan mengajak kami membuat kesepakatan kelas sehingga suasana belajar jadi lebih baik. Selain itu, cara pengumpulan tugas juga lebih berpihak kepada siswanya,” ujar Gina.

Berikutnya, Rida, Guru Penggerak Angkatan I dari SMAN Taruna Nala Kota Malang, Jawa Timur menceritakan dampak yang dirasakan setelah mengikuti PGP. Penerima beasiswa dari Humboldt State University, California itu mengalami perubahan pola pikir dan cara pandang dalam memberikan layanan pembelajaran kepada siswa.

“Hal tersebut terbawa dalam proses belajar. Jika sebelumnya saya hanya menyelesaikan materi, sekarang saya lebih memikirkan strategi belajar yang memfasilitasi kebutuhan belajar murid. Perubahan komunikasi dengan murid, orang tua, dan rekan-rekan guru menjadi lebih terbuka dan reflektif. Kemudian, di tengah komunitas, ada keinginan saya untuk terus belajar, menerima masukan, dan saling berbagi metode pembelajaran,” kata guru Bahasa Inggris yang menggagas program “Saling Berbagi Saling Belajar” (Sabe Sabe) dan dijadikan program tahunan SMAN Taruna Nala.  

Salah satu peserta didiknya, Noval yang duduk di kelas 12 menjabarkan perubahan yang ia alami ketika diajar oleh  Rida. “Bu Rida mengajak kami untuk membuat kesepakatan kelas yang didiskusikan bersama. Di awal pembelajaran, Bu Rida menanyakan harapan kami dalam belajar. Menurut saya, apa yang dilakukan Bu Rida sangat baik karena guru mengetahui cara belajar yang kami inginkan dan dapat membentuk koneksi antara murid dan guru sehingga kami tertarik untuk belajar,” terangnya.

“Kami diajak untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Kami tidak dituntut untuk bisa bahasa Inggris, tetapi kami dibimbing sehingga kami terpacu untuk belajar bahasa Inggris. Di akhir pembelajaran, ada refleksi di mana kami kembali mengingat apa yang kami lakukan pada hari itu. Media belajar dan kegiatannya juga lebih bervariasi dengan menggunakan aplikasi dan tautan internet yang mendukung kebutuhan belajar sehingga minat belajar saya terpenuhi,” ungkap Noval.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini