TRIBUNNEWS.COM - Dorong terus upaya promotif dan preventif dengan melibatkan para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah untuk mengakselerasi pencapaian target prevalensi stunting nasional.
"Berbagai upaya preventif melalui deteksi dini sangat penting dalam mengakselerasi pencapaian target prevalensi stunting yang telah ditetapkan pemerintah," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/8).
Dengan gencarnya upaya preventif, tambah Lestari, upaya pencegahan stunting bisa mulai dilakukan sejak 100 hari pertama kelahiran, yang merupakan masa krusial untuk mengatasi stunting.
Pada awal tahun ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia secara khusus berfokus pada
program deteksi dini stunting yang dilakukan melalui pengukuran di Posyandu.
Baca juga: Wakil Ketua MPR Berharap Perbedaan Pilihan Politik di Pemilu 2024 Tidak Jadi Sumbu Perpecahan
Guna mencegah bayi mengalami stunting setelah lahir, diperlukan pengukuran rutin menggunakan antropometri. Diagnosis stunting dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan antropometri dan alat penunjang lainnya.
Kementerian Kesehatan mencatat kebutuhan antropometri kit di Indonesia mencapai 313.737 unit guna memenuhi kebutuhan di 303.416 Posyandu di tanah air. Pada 2023 ini pemerintah menargetkan alat tersebut sudah masuk dan memenuhi kebutuhan di 127.033 Posyandu.
Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, dengan kondisi peralatan yang masih terbatas sangat diharapkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan para tenaga kesehatan serta para relawan penggerak Posyandu terkait stunting.
Baca juga: Waket MPR Yandri Susanto Apreasiasi Konsistensi Kesti TTKKDH Lestarikan Tari Tjimande
Diakui Rerie, yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, upaya pencapaian angka prevalensi stunting 14 persen pada 2024 cukup berat bila langkah tersebut tidak mendapat dukungan para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah, serta masyarakat.
Sebagai misal, tambah Rerie, bantuan dari pihak swasta dalam bentuk ketersediaan sumber protein untuk keluarga prasejahtera, sangat berarti dalam upaya preventif untuk penanggulangan stunting.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu meyakini bila upaya penanggulangan stunting dipahami masyarakat luas dan menjadi satu gerakan nasional, upaya untuk mengakselerasi pencapaian target prevalensi stunting nasional 14% pada 2024 bisa tercapai.
Sehingga, tegas Rerie, upaya menuju pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang sehat, berkarakter kuat dan berdaya saing yang mampu menjawab berbagai tantangan zaman dapat terwujud.*