TRIBUNNEWS.COM - Pancasila sebagai panduan hidup berbangsa membutuhkan implementasi nilai-nilainya dari setiap anak bangsa dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Dalam keseharian kita dalam bernegara seringkali muncul pertanyaan apakah yang kita lakukan saat ini sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang kita pahami?" kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat pada Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang dikemas dalam bentuk peluncuran buku berjudul "Pancasila di Rumahku", karya anggota MPR/DPR RI, Willy Aditya, di Gedung Nusantara V, Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (24/6).
Hadir pada acara tersebut Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh menyampaikan orasi kebangsaan, Airlangga Pribadi Kusman, S.IP., M.Si., Ph.D (Pengamat Politik), Dr. Sukidi Mulyadi (Cendikiawan lulusan Harvard University), dan generasi muda dari berbagai kampus.
Menurut Lestari, di era globalisasi dan kosmopolitanisme kini, upaya untuk membangun bangsa tidak cukup didasari dengan memahami nilai-nilai Pancasila semata, tanpa implementasi pada keseharian.
Baca juga: HNW : Pesantren Memberikan Arah dan Modal yang Bermanfaat Bagi Santri Untuk Berkhidmat Bagi Negeri
Jangan sampai, tegas Rerie, sapaan akrab Lestari, kita terjebak dengan kembali ke masa lalu dengan menempatkan Pancasila hanya sebagai sebuah hafalan.
Kondisi itu pula, jelas Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI, yang mendorong sosialisasi empat pilar kebangsaan terus dilakukan oleh MPR RI.
Diakui Rerie, perjalanan kita dalam berbangsa dan bernegara masih sangat panjang, sehingga penting bagi bangsa untuk secara konsisten menyosialisasikan ke generasi penerus nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sehingga dapat menjadi landasan berperilaku bagi setiap anak bangsa.
Pada kesempatan itu Rerie juga mengapresiasi hadirnya buku "Pancasila di Rumahku", karya Willy Aditya. Dalam buku tersebut, Rerie menilai, Willy
memperlihatkan diri sebagai male feminis dengan menghadirkan dua perspektif pendekatan feminis melalui penegasan tentang dinamika berpikir (mind) dan bertindak (hand). Di dalam geliat pemikiran dan tindakan terdapat sensivitas (heart).
Pada kesempatan itu, Willy mengungkapkan, buku adalah sebuah pendekatan metodologi dalam upaya penyampaian nilai-nilai cukup efektif. Karena buku, tambah dia, mengandung view point dan stand point yang mudah dipahami pembacanya.
Dalam orasi kebangsaannya, Surya Paloh menegaskan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk menjalankan nilai-nilai Pancasila.
Diakui Surya perilaku sosial Indonesia saat ini penuh dengan hipokrasi. "Kita harus mempersiapkan generasi muda dengan baik agar mampu memahami dan mengamalkan Pancasila dengan benar," tegas Surya. (*)