TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernikahan merupakan peristiwa yang indah dan unik. Karena rangkaian upacara pernikahan, busana, dan tata riasnya memiliki nilai budaya yang diwariskan dari nenek moyang.
Salah satu tata rias pengantin (TRP) yang menarik ada di Sumatera Utara. Provinsi yang memiliki suku Batak ini memiliki 11 macam TRP Batak, Dairi, Deli, Karo, Madina, Mandailing, Nias, Sibolga, Simalungun, Tapanuli Selatan, Tarutung, dan Toba.
Saat ini semakin jarang dijumpai acara pernikahan Batak dengan memakai TRP masing-masing daerah, terutama Simalungun. Bukan karena warganya melupakan adat-istiadat, melainkan tidak tersedianya materi TRP tersebut.
Jadi, jangan sampai kekayaan budaya ini terancam punah dan tahu-tahu diklaim negara tetangga!
Menurut Icha Saragih, ahli tata rias Sumatera Utara dalam talkshow TRP Batak Simalungun, salah satu rangkaian "Gramedia Beauty Festival, ""Sekarang makin susah ditemui pernikahan adat Simalungun, apalagi di kota-kota besar jarang, kalau Toba, Tarutung masih banyak," ujar alumni Universitas Negeri Jakarta ini.
Menurut Icha yang banyak mengulas tentang pengantin perempuan, kondisi tersebut dikarenakan tidak tersedianya aksesoris pendukung seperti kudung-kudung (seperti anting yang terpasang di bulang), bulang (penutup kepala), baju dari hiou (ulos), suri-suri (selendang), serta aksesoris lainnya seperti kalung rupiah, kalung Sinokkok Lada-lada, kalung daramani, bros ringgit, anting, serta tusuk sanggul rupiah sekarang sangat sulit ditemui. Apalagi pengrajin emas sudah tak banyak lagi. Pun dengan pengrajin hiou.
Di sisi lain, hiou memiliki banyak ragam hias, seperti geometris,fauna, jalin, dan angkasa. Masing-masing ragam mempunyai makna serta doa untuk si pemakainya.
Misalnya, hiou motif urang-iring di bulang bermakna kebersamaan, sidomu hail di suri-suri berarti tolong- menolong, dilah payung artinya perlindungan, bituha boyok bermakna kehidupan seperti ikan cebong yang berjalan beriringan, lurus, dan jujur.
"Aksesoris Simalungun tidak sama dengan Batak yang lain. Aksesoris Simalungun asli dari emas, karena setelah itu kalung ataupun cincin dipakai," jelas penulis Tata Rias Pengantin Sumatera Utara bersama dengan Tien Santoso.
Selain itu, Icha menegaskan TRP Simalungun tidak menggunakan ronce melati, karena di sana tidak terdapat melati. Namun yang dipakai adalah ronce bunga pinang minimal lima urai dan tiga rose baby, serta diberikan alas demban (sirih) tiga lembar untuk alas tusuk konde.
"Kalau orang Simalungun di kota besar seperti Jakarta ingin menikah dengan cara Simalungun ya harus mencari perias yang tahu persis busana, tata rias, dan aksesoris asli Simalungun. Sayang jika hal ini hilang," tutup Icha. (Agustina NR)
Baca artikel menarik lainnya
- Peragaan Kebaya Jadi Penutup 'Gramedia Beauty Festival' 15 menit lalu
- Mudahkan Layanan BonChon luncurkan Delivery Order 500051 1 jam lalu
- Perempuan Mulai Mandiri Membeli Produk Otomotif Rabu, 18 Juli 2012
- Agar Tak Berkesan Norak, Begini Merias Wajah Natural Rabu, 18 Juli 2012
- Kreasikan Mi dengan Resep Ini Rabu, 18 Juli 2012
- Anak Merasa Nyaman Kalau Dia Bebas Pilih Kebutuhannya Rabu, 18 Juli 2012
- Menyulap Barang Bekas Jadi Perabot Unik