WOW... Petualangan tiga bulan lebih 10 hari. Itulah salah program terbaru stasiun televisi Kompas TV. Perjalanan menyusuri pelosok Indonesia selama 100 hari nonstop yang dikemas dengan program titel 100 Hari Keliling Indonesia. Bintang film dan presenter Ramon Y Tungka selaku pemandu program bersama tim produksi Kompas TV melaporkannya catatan harian untuk pembaca Tribunnews.com. Berikut catatannya.
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Ramon Y Tungka seolah mendapatlan banyak keberuntungan saat melanjutkan perjalanan 100 Hari Keliling Indonesia keĀ pantai Tanjung Setia Lampung.
"Setelah supir truk baik hati, keberuntungan kedua saya adalah penginapan murah meriah yang oke banget. Namanya Jaboeng Resort, cukup dengan 200 ribu rupiah permalam saya sudah bisa bermimpi indah diatas springbed empuk dan bangun dengan sarapan pagi gratis," tulisnya dalam catatan harian 100 Hari Keliling Indonesia.
Keberuntungan tak berakhir. Keesokan harinya, cuaca yang sungguh cerah, langit biru, angin bertiup pelan dan ombakĀ menari rancak. Dengan senyum memenuhi wajahnya, Ramon melesat ke pantai.
Mau tahu keberuntungan berikutnya? "Saya bertemu dengan Rod, dia peselancar kelas dunia berkewarganegaraan Afrika Selatan. Terbang mengelilingi separuh dunia," tulis Ramon lagi.
Cowok berusia 40 tahun ini memilih Pantai Tanjung Setia sebagai tujuannya. "Indonesia is not just about Bali and Lombok, I found paradise here," begitu kata bule ini.
Dalam pikiran Ramon, saat mendengar pujian si bule, "Duh makin bangga saja pada negeri ini."
Dari pagi sampai sore Ramon dan tim Kompas TV kami berkeliaran di pantai. Tim 100 Hari Keliling Indonesia menjadi saksi betapa obak pantai ini memanjakan Rod. Mengangkatnya tinggi atau kadang menjatuhkannya dengan cepat.
"Saya juga belajar sedikit-sedikit. Ah terlalu sedikit malah, karena pantai ini bukan tempat yang tepat untuk pelajar pemula macam saya. Ini pantai dengan ombak milik para peselancar kelas dunia," kata Ramon lagi.
Sore hingga malam Ramon berbincang di penginapan. Rod bercerita banyak tentang perjalanan hidup kedua orang ini.
Ramon akhirnya pamit sekitar pukul 23. 00 WIB. Karena dia harus berkemas untuk naik bus malam jurusan Bengkulu. Bus ini hanya ada sekali dalam sehari dan hanya pada pukul 01.00 WIB dini hari.
"Selama dalam dalam bus saya tak henti bersyukur pada semua keberuntungan dan karunia Tuhan selama perjalanan saya. Banyak hal yang saya dengar, banyak hal yang saya pelajari dan saya yakin betul perjalanan akan memperkaya jiwa saya," ucap Ramon bangga.