News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fashion

Maunya Mengeksplor Gaya Grunge, Saint Laurent Malah Dapat Kritik Lagi

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para model memeragakan busana dari rumah mode Yves Saint Laurent koleksi musim gugur/dingin 2013-2014 di Paris Fashion Week, Senin (4/3/2013). AFP PHOTO/MARTIN BUREAU

TRIBUNNEWS.COM
Perjalanan masih panjang buat Hedi Slimane untuk merebut hati  para pecinta label Yves Saint Laurent dan  para kritikus mode.

Karyanya untuk rumah mode yang identik  logo YSL itu (kini berubah nama menjadi Saint Laurent) kembali diresponi dengan kritikan.

Kali ini, kritikan tertuju pada koleksi busana siap pakai (ready to wear) musim gugur-dingin 2013 yang ditampilkan dalam rangkaian hari ketujuh Paris Fashion Week, Senin (4/3/2103).

Klik foto-foto terbaru koleksi busana Saint Laurent ini.

Koleksi Hedi yang kedua untuk rumah mode besutan mendiang Yves Saint Laurent ini menampilkan deretan look  yang bergaya anak-anak "grunge" (genre musik rock yang populer di era 90an di Amerika).

Look yang dipresentasikan di antaranya pilihan mini dress gelap dan bermotif floral dalam siluet baby-doll yang dipadukan dengan kemeja flanel kotak-kotak sebagai luaran, blouse putih dan rok mini kulit beraksen ritsleting  dengan motorcyclist jacket, tube dress hitam berbahan kulit, hingga pilihan cardigan dan mantel bulu.

Koleksi ini sepintas mengingatkan kita pada penampilan ala Kurt Cobain dan Courtney Love, yang tidak lain adalah pelopor musik grunge.

"Koneksi antara grunge dengan Mr.Saint Laurent kurang jelas, meski beliau pernah meluncurkan parfum bernama Baby Doll," kata reporter mode The New York Times (NYT), Eric Wilson, dalam artikel blognya yang berjudul "Saint Laurent Show Produces Conflict, Both the Usual and Bizarre".

Pernyataan Eric tersebut memang cukup masuk akal mengingat Yves Saint Laurent dikenal dengan cita rasa desain yang mengedepankan keeleganan dan kelembutan perempuan. Target pasarnya pun adalah para perempuan mapan yang memiliki taste gaya yang elegan dan sophisticated.

Sementara itu Thomas Adamson dari Associated Press menyebut koleksinya itu membuktikan tidak adanya identitas dengan gaya khas empunya.

Pasar Kaum Muda

Namun ada pula yang menanggapi koleksi tersebut dengan positif. Dalam artikelnya di Reuters, Alexandria Sage menangkap koleksinya sebagai cara Hedi menggaet pasar baru, yaitu kaum muda.

Ini bukan kali pertamanya desainer yang ditunjuk sebagai creative director terbaru Saint Laurent pada Maret 2012, menggantikan Stefano Pilati, itu dikritik.

 Koleksi perdananya yaitu koleksi musim semi-panas 2013 yang bergaya boho-chic mendapat kritikan tajam terutama dari repoter mode berpengaruh dari NYT, Cathy Horyn.

Cathy menilai debutnya itu "kekurangan gairah mode yang baru". Kabarnya, desainer berusia 44 tahun itu tidak senang dengan kritikan Cathy sampai-sampai ia mengeliminasinya dari daftar undangan pagelaran busananya kali ini.

Hedi juga pernah dikritik karena merubah nama label Yves Saint Laurent menjadi  Saint Laurent saja. Di New York, banyak dijual kaus-kaus bertuliskan "Ain't Laurent without Yves" (Bukan Laurent Tanpa Yves).

Semoga saja seiring berjalannya waktu, desainer kelahiran Paris itu akan segera menenumukan "greget" yang pas buat Saint Laurent.

Seperti yang Alice Cavanagh, reporter Daily Beast (Newsweek), tulis dalam artikelnya, "Mengingat pengalamannya, tidak ada yang bisa menyangkali  lagi talentanya, tapi akan lebih menarik lagi bila Hedi menampilkan sisi Saint Laurent versinya lebih jauh lagi."

Baca Artikel Menarik Sebelumnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini