Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Sekali lagi Didiet Maulana membuktikan kepiawaiannya dalam mengolah kain tenun tradisional.
Kemarin, Senin (25/3/2013), di Plaza Indonesia Fashion Week, desainer muda itu menampilkan koleksi busana pria dan wanita terbaru, bertema "Pra Purnama 2013", yang kembali mengangkat kain sutra Sengkang dari Makassar.
Kain sutra sengkang masih menjadi fokus sarjana arsitektur Universitas Parahyangan ini.
Sebelumnya, ia memang pernah menggunakan kain ini untuk koleksi mentari (spring-summer) 2013 yang ditampilkan saat Jakarta Fashion Week November lalu.
Tetap dalam garis desain yang minimalis dan arsitektural khas Didiet. Bedanya, kali ini sengkang lebih banyak dihadirkan dalam busana yang lebih kasual dan bergaya urban.
Untuk 26 look busana wanita, Didiet menghadirkan beberapa pilihan tube dress dengan aksen bebatuan koral dari Maluku, coat bersiluet A, rok flare, sweater, dan jumpsuit.
Beberapa busana tampil dengan motif geometris Sengkang yang lebih besar dari biasanya. "Saya perbesar supaya terlihat lebih modern," ungkap Didiet usai pagelaran.
Kesan modern dan urban juga hadir lewat perpadaun bahan sengkang dengan bahan lain. Beberapa diantaranya dipadukan dengan bahan seperti linen, taffeta, dan lace.
Didiet mencontohkan, pada sepotong celana panjang. Area atasnya hingga pangkal paha, ia menggunakan sengkang, sisanya kain linen.
Adapula beberapa pilihan gaun malam yang ia padukan dengan bahan lace sebagai bingkai gaun.
"Kalau lace, untuk memberikan efek glamor," katanya.
Perpaduan warna yang kontras (color-blocking) turut mengentalkan gaya urban yang dinamis pada koleksi ini.
Sementara untuk busana pria, yang terdiri dari sembilan look, hadir variasi coat, jaket dan beberapa ensemble yang terdiri dari kemeja dan celana bercorak sengkang sama.
Didiet hanyalah satu dari sedikit desainer muda yang memberanikan diri berkomitmen dalam mengangkat keindahan kain tenun asli Nusantara.
Selain sengkang, Didiet pernah mengeksplorasi tenun Bali dan troso.
Komitmennya itu tidak lepas dari keyakinannya terhadap kemahiran para perajin lokal sendiri sebagai penghasil material yang ia butuhkan.
"Semua perajin saya rasa sekarang sudah lebih siap. Sebetulnya sekarang mereka lebih pintar dan bisa memahami tren, tinggal kita sebagai desainer mau betul-betul mengarahkan mereka," tuturnya.