Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saking sibuknya, sering kita tidak peduli anak ingin diperhatikan. Misalnya, saat anak selesai menggambar lalu ingin ditunjukkan kepada kita. Namun, kita jawab nanti saja, lagi sibuk dan sebagainya.
Atau saat anak kita menggambar, kita memberikan nilai gambarnya jelek sekali, tidak bagus dan orangtua menyampaikan kekecewaannya.
"Apa yang dilakukan orangtua dengan memberikan apresiasi yang buruk akan mencabik cabik emosi anak," kata Pakar Neuroscience Dr. Amir Zuhdi saat talkshow Parenting yang diselenggarakan lembaga sosial PKPU di Jakarta, Sabtu (25/5/2013).
Ketika anak-anak mendapatkan apresiasi yang tidak baik dari orangtua maka akan membuat anak-anak tidak punya inisiatif yang berdampak anak tidak bisa inovasi. Padahal inovasi adalah cara menghasilkan harapan dan kehidupan lebih baik.
Kenapa emosi penting? "Sebayak 80 persen kesuksesan karya kita diperoleh dari kemampuan dalam menjaga emosi," tuturnya.
Penelitian menunjukkan anak yang cenderung bisa mengendalikan emosi, kedepan akan lebih sukses dibandingkan dengan emosian dari karir maupun jabatan di pekerjaan.
"Sebuah penelitian pernah dilakukan seorang profesor kepada anak TK berumur 4-6 tahun dengan jumlah 50 orang. Sang profesor datang bawa 30 kue. Ia juga menawarkan yang belum mendapat akan akan bisa memperoleh tambahan kue jika mau bertahan 5 menit dan juga akan ada tambahan dua kue plus cokelat jika mau menunggu 15 menit.
"Setelah 30 tahun, anak yang tergolong agresif langsung ambil paling mentok menjadi manajer, pengangguran. Sebaliknya yang nunda 15 menit jadi pemilik perusahaan," katanya. c