WOW... Petualangan tiga bulan lebih 10 hari. Itulah salah program terbaru stasiun televisi Kompas TV. Perjalanan menyusuri pelosok Indonesia selama 100 hari nonstop yang dikemas dengan program titel 100 Hari Keliling Indonesia. Bintang film dan presenter Ramon Y Tungka selaku pemandu program bersama tim produksi Kompas TV melaporkannya catatan harian untuk pembaca Tribunnews.com. Berikut catatannya.
TRIBUNNEWS.COM - Kopi Kok Tong dan Bentor BSA nan Melegenda di Siantar Matahari baru saja memunculkan sinarnya ketika kami, Tim 100 hari keliling Indonesia, bersiap meninggalkan Samosir. Ibu Annete pemilik penginapan mengantar dengan senyum manisnya, sambil tak lupa berpesan untuk kembali singgah jika kembali ke Samosir.
Toba Samosir memang elok, tak heran jika saat ini ia dinominasikan untuk masuk dalam Jaringan Taman Bumi Dunia atau Global Geopark Network yang digagas oleh badan dunia UNESCO. Di Asia Tenggara sendiri baru ada dua situs yang masuk dalam jaringan ini, Langkawi di Malaysia dan Gunung Batur Indonesia.
Berat rasanya meninggalkan tempat Toba, namun perjalanan harus berlanjut. Kembali ke pelabuhan tiga raja, Ramon Y Tungka dan tim menumpang travel menuju ibu kota propinsi Sumatera Utara, Medan.
Moda transportasi dari Toba menuju Medan didominasi oleh Travel, memang ada beberapa operator bus yang mengoperasikan rute Toba-Medan namun bus-bus antar kota ini tidak memiliki jadwal yang pasti. Jika bus dirasa sudah penuh penumpang, baru bus akan diberangkatkan. Terkadang penumpang harus menunggu hingga 6 jam, baru bus siap untuk berangkat, ini yang menjadi alasan kenapa tim memilih untuk berbagi travel dengan penumpang lain.
Kira-kira 2 jam kemudian sampailah Ramon Y Tungka dan tim di Pematangsiantar. Memilih untuk turun disini karena ada satu tempat yang ingin kami kunjungi. Kedai kopi Kok Tong, kedai kopi yang konon katanya tertua di Pematangsiantar.
Kedai kopi ini mengolah sendiri bji-biji kopinya, mungkin itu sebabnya citra rasa kopi dari kedai ini begitu khas dan mampu bertahan selama tiga generasi.
Selain kedai Kopi Kok Tong, ada lagi yang menjadi alasan Ramon Y Tungka dan tim berkeras singgah di Pematangsiantar. Bentor atau becak motor BSA. Meski sebelumnya di kota Nopan Mandailng Natal bentor Vespa sudah dijumpai.
BSA atau Birmingham Small Arm adalah motor buatan Inggris dengan kekuatan mesin 350-500 CC. Awalnya dinegara asalnya BSA diciptakan sebagai kendaraan perang, tapi ketika masuk ke Indonesia pada tahun 1958 motor ini perlahan beralih fungsi. Yah tidak serta merta sih, ia baru berubah fungsi sebagai Becak Motor setidaknya sekitar tahun 1970-an dan terus bertahan hingga hari ini.
BSA Siantar kini bisa masuk kategori langka dan patut dilindungi, jumlahnya mungkin tinggal 200 saja. Habis diburu kolektor jadi salah satu alasan mengapa BSA langka, belum lagi onderdil BSA kini tak lagi diproduksi. Sebagian BSA terpaksa dikanibal agar BSA lain yang relatif sehat bisa beroperasi.
"Sedih rasanya membayangkan 10 tahun kedepan belum tentu saya bisa menjumpai BSA Siantar seperti sekarang ini," ujar Ramon Y Tungka..