News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fashion

Keunggulan Busana Muslim Indonesia yang Membuka Peluang Mendunia

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diaz Parzada, Creative Director Jakarta Fashion Week, bersama Jenahara, Dian Pelangi, Nur Zahra, dan Era Soekamto.

Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM - Busana muslim karya desainer Tanah Air berpotensi besar diterima di pasar internasional, terutama di negara-negara yang justru minim jumlah penduduk non-muslim.

Hal ini diungkapkan oleh Diaz Parzada, Creative Director Jakarta Fashion Week. Ia menilai beberapa desainer busana muslim Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dari desainer busana muslim di negara lainnya.

Karakteristik tersebut antara lain desain yang versatile (multi guna) serta desain yang sesuai selera pasar internasional.

Diaz mencontohkan tiga desainer muda Indonesia yang menurutnya memiliki karakteristik tersebut yaitu Dian Pelangi, Jenahara, dan Nur Zahra.

"Walau mereka adalah desainer busana muslim, karya mereka digemari perempuan yang tidak berhijab," ujar Diaz saat ditemui TRIBUNnews.com dalam jumpa pers Jakarta Fashion Week 2014 di Canteen, Plaza Indonesia, beberapa waktu lalu.

Jenahara misalnya. Ia menilai desainnya yang minimalis, simpel, ber-cutting bersih dan penggunaan palet warna monokromatik, cocok untuk pasar Eropa Barat dan Amerika.

"Ibaratnya dia adalah Jil Sender dan Celine-nya busana muslim," kata Diaz.

Sementara itu Dian Pelangi, yang diibaratkan Diaz seperti Roberto Cavalli dan Emilio Pucci, karena ciri khasnya menggunakan warna-warna cerah dan motif-motif etnik, sangat berpotensi disukai oleh konsumen Eropa dan Timur Tengah, terutama Dubai dan Jeddah.

"Nur Zahra, yang ibaratnya sepertiĀ  Emporio Armani dan Max Mara-nya busana muslim, dengan warna elemen tanah dan material bahan organik yang natural, sangat sesuai dengan selera konsumen Eropa Selatan dan Jepang," jelas Diaz.

Melihat potensi ketiganya, Jakarta Fashion Week bersama tim Center for Fashion Enterprise yang berbasis di LondonĀ  mengikutkan mereka dalam program Indonesia Fashion Forward.

Dalam program ini, para desainer lokal akan dibina mengenai strategi berbisnis fashion yang tepat dari para ahli Center for Fashion Enterprise sehingga mereka siap memasuki pasar internasional.

Dian Pelangi adalah desainer busana muslim satu-satunya dari delapan desainer yang berpartisipasi saat program tersebut diluncurkan. Tahun ini, giliran Jenahara dan Nur Zahra, bersama 10 desainer non-busana muslim lainnya.

Diaz berharap keikutsertaan desainer busana muslim ini dalam program Indonesia Fashion Forward dapat bersinergi dengan program pemerintah yang menargetkan ekspor busana muslim Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai tujuh persen.

Daniel Ngantung

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini