Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo, dari Tokyo Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Paling dekat ke rumah Rustono sang Raja Tempe Jepang adalah melalui stasiun kereta api Wani di perfektur Shiga. Hanya 33 menit naik kereta dari stasiun Kyoto. Masalahnya, dari stasiun itu ke rumah Rustono agak ribet, harus naik mobil, karena rumahnya seolah di tengah daerah hijau-hijau, semi hutan, sangat asri, sangat indah, sangat sejuk.
"Fasilitasnya selain tempat pertemuan dekat rumah, ternyata juga ada tempat main tenis, tempat hiburan dan segalanya bagi para penghuni di sini. Tetapi lokasinya untuk olahraga dan hiburan itu agak jauh di seberang jalan kereta itu," katanya menunjuk ke kejauhan kepada Tribunnews.com yang menjadi tamu Rustono seharian.
Malam sebelumnya Rustono sempat menjamu makan di sebuah restoran Indonesia, Hati-Hati, yang dimiliki orang Indonesia juga, "Biar bisa merasakan tempe saya, juga jadi menu makanan di restoran hati-Hati ini," papar Rustono.
Benar saja. Kita mencicipi tahu tempe sambal goreng ala restoran Hati-Hati. Pertama tentu mencicipi tempe tersebut. Benar-benar rasa Indonesia, tak salah lagi. Lain dengan tempe-tempe lain yang dibuat pabrik lain di Jepang, beda jauh dan bukan rasa Indonesia tempe mereka itu.
Ngobrol di sana sampai jam 12 malam lalu Rustono mengantar balik Tribunnews.com ke hotel dan berjanji menjemput besok paginya untuk melihat rumah dan lokasi pabriknya naik mobil Mercedes Benz nya berwarna putih.
Keesokan hari, Sabtu (21/9/2013) Tribunnews dijemput sekitar jam 12 siang, langsung menuju rumahnya, "Maaf mas macet berat karena ada longsoran akibat taifun minggu lalu itu," paparnya setelah Ohayougozaimasu! atau Selamat Pagi!
Perjalanan naik mobil dari sekitar stasiun Kyoto ke rumahnya cukup jauh juga karena memutar menghindari macet, makan waktu lebih dari satu jam. Akhirnya sampai di rumahnya yang sangat rindang itu dan disambut istrinya yang cantik.
Hari libur sabtu ternyata sang istri masih sibuk membantu pekerjaan suaminya, merapikan dan menyegel plastik penutup Tempe Rusto, demikian merek tempe pria asal Grobogan, Jawa Tengah. Maaf mengganggu, sapa Tribunnews.com setelah melihat istrinya sedang mengerjakan hal tersbeut.
"Daijoubu daijoubu desu" Tak apa-apa, katanya dengan ramah dan senyum cantiknya. Di rumahnya Tribunnews.com menyantap tempe goreng buatan bersama Rustono dan sang isteri. Kompak juga mereka berdua rupanya. Ada keributan, sulit komunikasi?
"Kita pakai tiga bahasa untuk komunikasi, Jepang, Inggris dan sedikit bahasa Indonesia," kata sang isteri. Syukurlah semua berjalan lancar tak ada masalah karena saling mencintai.
Rumahnya juga sangat asri indah, bersih, berlantai tiga, dibeli dengan harga 13 juta yen, "Bagian beranda kiri saya tambahkan kayu lantai dan tenda biar bisa santai di luar rumah," ungkap Rustono.
Kalau ada temannya dari luar Jepang, Homestay, dia tempatkan di lantai dua, "Pernah ada yang homestay di rumah ini sampai lebih dari 10 orang bermalam di sini, orang Eropa, ya mereka sih OK OK saja, malah senang, tambah akrab dan ke luar jalan-jalan di tempat sejuk asri, bahkan sampai jalan kaki sendiri ke stasiun kereta api," tambahnya.
Kalau naik mobil dari rumahnya ke stasiun Wani sekitar 10 menit. Jalan kaki mungkin sekitar 30 menit serta harus naik turun, karena tumahnya di tempat agak tinggi seperti bukit, dibandingkan jalan raya utama yang menuju stasiun kereta api.
Kehidupan keluarga yang bahagia penuh dengan keramahtamahan dari keduanya dan juga sang putrinya yang sempat kenalan dengan Tribunnews.com, "Saya ngerti tapi tak bisa bicara bahasa Indonesia," papar sang puteri dalam bahasa Jepang. Kedua-duanya lahir di Jepang.
Ikuti kisah selanjutnya di Tribunnews.com ini (Seri ke-4)