TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seni Wayang Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang besar menghadapi persaingan dengan jenis hiburan yang lainnya.
Ini ditandai dengan makin sedikitnya pementasan wayang. Kalaupun ada, penontonnya adalah kalangan berusia tua dan sangat sedikit berasal dari kalangan anak muda.
"Krisis wayang terletak pada krisis penontonnya, khususnya generasi muda. Sekarang mereka lebih tergoda goyang Cesar dibandingkan wayang. Nah, perlu dipikirkan bagaimana meengembalikan kondisinya," kata Presiden Union Internationale de Marionnette (UNIMA) Indonesia, Samudra Wijaya di sela peringatan HUT-nya ke-4 di Taman Mini Indonesia Indah - Gedung Pewayangan Kautaman, Sabtu (21/12/2013).
UNIMA Indonesia ingin meningkatkan kecintaan generasi muda terhadap budaya Indonesia khususnya wayang. Acara ini lahir karena keprihatinan UNIMA Indonesia akan minimnya generasi muda yang mengenal dan mencintai wayang
Saat ini kecintaan anak muda terhadap perwayangan perlu dipupuk mengingat tahun 2020 mendatang, UNIMA Indonesia mempunyai cita-cita menjadi tuan rumah penyelenggaraan acara event dunia.
"Tanpa dukungan anak- anak muda yang mencintai wayang, kita akan repot dalam penyelenggaraan event UNIMA dunia tahun tahun 2020 mendatang," katanya.
UNIMA Indonesia sebagai bagian dari UNIMA Internasional merupakan organisasi bertaraf internasional yang didirikan pada tahun 2009 oleh SENAWANGI dan Pepadi, organisasi nasional pemerhati perwayangan Indonesia.
UNIMA Indonesia mempunyai visi menjadikan wayang Indonesia sebagai sarana dan wahana terwujudnya persahabatan antar bangsa menuju perdamaian dan kesejahteraan dunia.
UNIMA Internasional yang didirikan pada 20 Mei 1929 di Praha - Chekoslovakia merupakan organisasi internasional budaya yang tertua di dunia khususnya yang terkait dengan seni budaya. Saat ini UNIMA Internasional memiliki 90 anggota dan berkantor pusat di Charleville - Mezieres, Prancis.
Eko Sutriyanto