TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - SEBAGAI kota kuliner, beragam makanan akan mudah ditemukan di Bandung. Mulai dari sajian pinggir jalan hingga olahan fine dining dapat menjadi pilihan bersantap setiap harinya.
Khusus untuk jajanan, Bandung memiliki banyak variasi yang inovatif. Tidak hanya kudapan tradisional, ada juga kudapan dari luar yang diadopsi dengan cita rasa yang kadang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
Satu jajanan yang selalu populer adalah risoles. Kudapan yang satu ini selalu menjadi camilan favorit berbagai lapisan masyarakat hingga kini.
Panganan yang satu ini konon sudah muncul sejak era kolonial Belanda. Kata risoles sendiri berasal dari bahasa Prancis, rissole, yang berarti membuat sesuatu menjadi berwarna merah. Dalam dunia kuliner sendiri, risoles sering dimaknai sebagai olahan daging, unggas, ikan maupun sayuran dengan karamelisasi diatas api besar hingga berwarna kecokelatan.
Apabila dulu risoles biasanya berisi sayuran atau daging, saat ini sudah banyak yang memodifikasi isian risoles dengan aneka bahan yang menggoda. Seperti di La Risol yang menawarkan aneka risoles dengan bermacam isian unik.
Sang pemilik, Linna Widia, tidak segan berekplorasi dengan komposisi bahan sehingga menjadikan risoles terasa berbeda. Yang paling utama, ia mencoba bereksplorasi dalam membuat kulit risoles dengan tambahan susu cair dan whipped cream.
"Saya coba berinovasi dari sisi kulit luar risolesnya. Kalau biasanya menggunakan terigu dengan telur, saya memilih campuran lain, yakni tepung, susu cair dan whipped cream. Campuran ini membuat kulit risoles menjadi lembut dan milky," ujarnya, Jum'at (14/2/2014).
Selain untuk kulit, Linna juga menambahkan susu cair dalam campuran aneka isian risoles tersebut. Untuk rasa, ia menawarkan delapan varian yaitu smoked beef, ayam keju, ayam sosis, jagung keju, sayur, spaghetti, durian, serta pisang keju.
Selain berinovasi sendiri, kadang Linna mendapatkan inspirasi membuat varian baru berdasarkan keinginan pelanggannya. Salah satunya dengan membuat risoles spaghetti yang terbilang mengenyangkan.
"Awalnya, banyak yang meminta menu spaghetti untuk sarapan pagi. Tapi saya kerepotan kalau harus menyiapkan menu baru. Untuk menyiasati permintaan ini, akhirnya saya membuat kolaborasi risoles dengan isian spaghetti. Ternyata peminatnya banyak," katanya.
Untuk membuat aneka varian risoles tersebut, menurutnya tidak terlalu sulit. Ia hanya perlu meramu aneka isian lalu memasukannya ke dalam kulit risoles yang telah dibuat sebelumnya. Namun begitu, ada beberapa perbedaan bahan untuk membuat risoles isian bercita rasa gurih dengan isian bercita rasa manis.
"Untuk lapisan luar risoles durian atau pisang keju coklat, saya menggunakan tepung panko, bukan tepung panir yang teksturnya bubuk. Tepung panko karakternya lebih kasar berwarna putih yang memang khusus dipakai untuk melapisi gorengan," katanya.
Dengan penggunaan tepung panko, menurutnya, saat digoreng risoles terasa lebih crunchy dan warnanya juga sangat menarik. Sementara untuk menemani pelanggan mencicipi risoles bercita rasa gurih, Linna menambahkan salad mayones sebagai cocolannya.
Delapan varian risoles ini dijual dalam mobil makanan yang biasa ditemukan di kawasan Sasana Budaya Ganesha dan Lapang Tegallega. Selain itu, risoles juga dijual lewat media sosial.
Harga yang ditawarkan beragam, mulai dari Rp. 4.000 - 7.500 per buah. (isa)