TRIBUNNEWS.COM - Memori manis desainer mode Toton Januar terluapkan dengan indahnya pada rancangannya untuk koleksi busana ready to wear (siap pakai) musim gugur-dingin 2014.
Koleksi inilah yang menjadi andalannya untuk dipresentasikan di hadapan para buyer di Paris Fashion Week, akhir Februari mendatang.
Sebelum mencoba peruntungannya di Paris, Toton menampilkan koleksinya itu di hadapan para jurnalis dalam sebuah trunk show yang digelar oleh Jakarta Fashion Week (JFW) di E&O, Menara Rajawali, Jakarta, Rabu (19/2/2014).
Selain Toton, ditampilkan pula koleksi musim gugur-dingin 2014 dari label dan desainer lainnya yang juga berkesempatan mempresentasikan karya mereka di PFW. Mereka antara lain Major Minor, Vinora, Yosafat Dwi Kurniawan, dan Tex Saverio. Mereka adalah jebolan Indonesia Fashion Forward, sebuah program inkubasi bagi desainer lokal untuk memperluas kapasitas mereka sehingga siap go international.
Program ini digagas oleh JFW bekerja sama dengan British Council dan didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Inspirasi Toton untuk koleksinya kali ini datang dari rangkaian memori yang terkadang tak linear: di saat sedang memikirkan suatu hal, datang hal lainnya. Bertumpuk satu sama lain.
Semuanya itu ia terjemahkan ke dalam paduan look yang feminin dan boyish dengan sentuhan potongan asimetris yang begitu apik dan bernafaskan edgy.
Kesan boyish begitu terasa lewat outerwear (luaran) yang bersiluet loose (longgar) dan bervolume. Round shoulder sweater dan coat, serta jas dengan padding yang padat yang menciptakan bentuk punggung yang kekar dan tegas begitu dominan dalam koleksi ini.
Untuk memberi sentuhan feminin, Toton menggunakan material yang agak ringan dan flowy seperti lipit, sifon, sifon sutra, dan silk organdy.
Di satu sisi koleksi ini terasa agak "dark" mengingat palet warnanya yang kelam dan gelap, mulai dari putih, abu, hingga hitam. Kendati demikian, koleksi ini terasa segar karena dipercantik dengan motif-motif bunga anggrek penuh warna.
Motif tersebut terasa kian spesial karena dibuat dengan teknik membordir. Ada pula yang memang terbentuk dari kombinasi bahan tenun sengkang Makassar.
Mengapa Anggrek?
"Aku punya kenangan khusus tentang Anggrek. Ibuku senang sekali mengoleksi bunga anggrek. Pada hari beliau meninggal, entah mengapa seluruh koleksi anggreknya berbunga semua. Inilah memori yang ingin kuciptakan kembali," kenang Toton.
Soal sejauh mana koleksi ini akan diterima di pasar Eropa, Toton mengaku sangat optimis. Ia mengatakan koleksi ini diciptakan dengan mempertimbangkan saran dan kritik dari para buyer yang ia dapat saat memamerkan koleksi musim semi-panas 2014 di PFW September lalu.
"Soal kekreativitasan desainer Indonesia, mereka tak meragukan. Tapi para buyer mengatakan koleksi saya kurang komersial untuk pasar yang lebih luas," ujarnya.
Daniel Ngantung