Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Tanggap terhadap prediksi tren seperti sudah menjadi harga mati bagi seorang desainer yang peduli dengan kelangsungan bisnis mereka.
Dengan mengetahui prediksi tren, desainer akan lebih mudah memahami kemauan pasar sehingga terlahirlah karya-karya yang menguntungkan karena berelevansi dengan kondisi pasar.
Sekarang yang jadi pertanyaan, siapakah yang memprediksikan tren?
Prediksi tren fashion umumnya dilansir oleh lembaga-lembaga fashion, mulai dari akademisi hingga federasi, berikut konsultan desain. Masing-masing punya versinya tersendiri dan hasilnya terkadang tak senada.
Di Indonesia sendiri, salah satu badan yang mencoba merangkumkan prediksi tren fashion 2015 kepada publik adalah tim trend forecasting Indonesia Fashion Week (IFW).
Tim ini terdiri dari desainer, pengajar akademi fashion, pengamat fashion, dan konsultan desain. Bagaimana cara mereka memprediksikan tren?
"Perubahan tren dapat dikaji melalui dua cara yakni ilmu semiotika dan gaya hidup masyarakat," terang Irvan Noe'man, pendiri konsultan desain BD+A Design saat mengawali seminar Trend Forecasting di IFW 2014, Jumat (21/2/2014).
Semiotika berkaitan dengan tanda-tanda yang muncul di masyarakat dalam kaitannya dengan fashion. Sementara itu, mengkaji gaya hidup berarti mencoba memahami perubahan pola pikir masyarakat.
Dari diskusi yang cukup panjang, akhirnya tim trend forecasting Indonesia Fashion Week (IFW) berhasil merangkum prediksi fashiom ke dalam empat tema besar.
Tema tersebut terdiri dari Alliance, Biomimetics, Adroit, dan Veracious.