News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pandainya Anak-anak Dusun Sade Berjualan Cinderamata

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM,MATARAM - Jika berkunjung ke Dusun Sade, Rembitan-Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat--tempat Suku Sasak bermukim--disana kita akan mendapatkan berbagai pengetahuan soal kearifan lokal suku tersebut.

Lantaran wilayah tersebut tidak terlalu subur, dan pertanian disana sifatnya tadah hujan dengan setahun sekali memanen.

Sumber pendapatan masyarakat Dusun Sade, selain dari bertani ialah dari hasil menjual beragam cinderamata yang mereka buat sendiri.

Dusun Sade berjarak sekitar 30 km dari Kota Maratam. Setibanya disana, kita langsung disambut oleh pemandu wisata yang adalah warga asli Dusun Sade.

Sebelum masuk, kita dipersilakan mengisi buku tamu, lalu diajak berkeliling desa termasuk bertamu ke dalam rumah warga Sasak.

Sepanjang perjalanan mengelilingi Dusun Sade, kita akan disuguhkan dengan pemandangan perempuan Sade yang tengah menenun. Bahkan ada pula nenek-nenek berusia lanjut yang masih semangat memintal benang serta menenun kain.

Disana, anak gadis dapat menikah apabila sudah bisa menenun. Mereka belajar menenun menggunakan alat yang masih tradisional.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tenunan pun tidak sama, tergantung dengan tingkat kesulitan motifnya.

Bukan cuma itu, disana banyak pula dijumpai rumah-rumah yang menjual berbagai macam cinderamata seperti kain tenun, taplak meja, peci, selendang, gelang, hingga gantungan kunci.

Rata-rata mereka berjualan dengan memanfaatkan teras rumah mereka yang disulap jadi lapak cinderamata. Berbagai macam warna dan corak kain tenun khas Lombok dipamerkan disana.

Beberapa anak-anak kecil juga tampak antusias dan tidak pernah lelah menyapa para turis. Termasuk menawarkan barang dagangannya kepada para turis.

Bahkan ada pula anak-anak yang masih menggunakan seragam sekolah, mereka tidak canggung menawarkan cinderamata tersebut.

"Ayo pak, bu dibeli buat oleh-oleh, gelang dan gantungan kuncinya, murah. Silakan ditawar saja," ucap seorang anak berponi dan berkuncir ekor kuda tersebut, Minggu (26/10/2014).

Suara anak-anak disana sangat khas sehingga memancing wisatawan untuk berkunjung melihat-lihat cinderamata yang ditawarkan.

Mereka pun tampak terampil dan cekatan melayani para pembeli. Untuk urusan tawar menawar dengan pembeli pun bisa mereka lakukan.

"Gantungan kuncinya Rp 10.000 pak," kata anak itu. Sang turis pun menawar setengah harga Rp 5.000 untuk satu gantungan kunci. Namun anak perempuan itu tidak sepakat dengan harga tersebut.

"Rp 5.000 itu terlalu murah, tidak bisa. Naikkan sedikit lagi," kata sang anak.

Melihat reaksi sang anak, membuat wisatawan merasa kagum dengan anak tersebut. Akhirnya wisatawan itu membeli gantungan kunci yang ditawarkan.

"Kamu masih kecil pintar sekali jualannya," kata turis tersebut.

Menanggapi pujian dari turis, anak itu pun hanya tersenyum simpul. Melihat cinderamata perempuan kecil itu laku, maka anak remaja di sebelahnya pun merayu kembali sang turis.

"Ayo pak, beli disini juga, biar rata. Tidak beli di satu tempat, buat oleh-oleh," ujar remaja yang masih mengenakan seragam SD itu.

Pemandangan dan situasi seperti itu akan banyak ditemui selama berkeliling di Dusun Sade, dusun tertua yang dibangun tahun 1079, dan kini berusia 935 tahun.

Warga di dusun ini juga sudah menekmati listrik. Namun mereka tetap pula melestarikan tradisi budaya mereka seperti bangunan rumah, adat istiadat, hingga tarian adat.

Luas Dusun Sade yakni sekitar 5 hektar dan dihuni oleh 152 kepala keluarga. Dimana satu rumah hanya boleh dihuni oleh satu kepala keluarga. Total penduduk ada 700 orang.

Sehingga apabila ada warga Dusun Sade yang menikah mereka harus membangun rumah di luar Dusun Sade. Rumah-rumah di dusun ini terbuat dari bambu dan kayu kemudian atap bangunannya terbuat dari bahan jerami.

Setiap rumah di Dusun Sade terbagi menjadi dua bagian. Bagian depan untuk tidur kaum pria. Sementara bagian dalam yang harus melalui dua atau tiga anak tangga menuju bagian atas berisi dapur, lumbung dan tempat tidur perempuan.

Lantai rumah warga Sasak di Dusun Sade terbuat dari tanah liat. Untuk membersihkannya, warga menggunakan kotoran kerbau yang dioleskan ke lantai sebanyak seminggu sekali.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini