News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Busana Muslimah

Ketika Gaya Victoria Beckham dan Alexander Wang Dimuslimkan

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Model memeragakan rancangan Restu Anggraini di hari pertama Jakarta Fashion Week (JFW) 2015, Sabtu (1/11/2014) malam.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pujian seolah menghujani desainer muda Restu Anggraini (27) usai peragaan koleksi busana siap pakai (ready to wear) perempuan bernuansa muslim terbarunya di hari pertama Jakarta Fashion Week (JFW) 2015, Sabtu (1/11/2014) malam.

Puncaknya ketika Diaz Parsada, Pemimpin Redaksi majalah perempuan Estetica, secara tidak sengaja bertemu Restu yang tengah dikerumuni para pewarta di belakang panggung.

"I will definitely wear that," ujar pria yang juga menjabat sebagai direktur kreatif JFW itu. Ucapan Diaz itu langsung disambut tawa para pewarta di sana.

Di JFW, desainer jebolan Esmod Jakarta itu tampil sebagai peserta Indonesia Fashion Forward (IFF) angkatan ketiga. IFF merupakan program inkubasi yang digagas JFW untuk menyiapkan para desainer lokal menembus pasar global. Program ini juga mendapat dukungan penuhndari Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perdagangan.

Malam itu, Restu berbagi panggung dengan Norma Hauri, Dian Pelangi dan Windri (Nur Zahra), desainer busana muslim bimbingan IFF angkatan sebelumnya.

Metropolished, begitu tema yang Restu usung untuk koleksi spring-summer 2015 itu, terdiri 12 set busana yang ia tujukan bagi perempuan berhijab yang meniti karier di perkotaan.

"Dari riset pribadi saya, terungkap bahwa banyak perempuan urban berhijab merasa kesulitan mencari busana kerja yang cocok dengan gayanya. Dari situ, saya ingin mencoba memberi solusi," ujarnya saat ditemui Tribunnews.com usai peragaan.

Restu menawarkan pilihan busana berpotongan clean, minimalis, dan sesekali asimetris dalam palet warna yang kalem seperti putih dan abu-abu. Dalam presentasinya, koleksi tersebut ditampilkan dalam teknik layering dengan padu padan yang unik, antara elemen feminin dan maskulin, sehingga kian mengentalkan kesan urban.

Misal, blouse dan rok hitam panjang bersiluet pensil dipadukan dengan coat panjang lengan buntung bersiluet boxy. Siluet ini hadir pula dalam pilihan outer wear lainnya seperti coat lengan buntung dan jaket bergaya cape.

Penggunaan siluet boxy yang maskulin tidak dimungkiri Restu. Ia mengatakan beberapa pakaian dari koleksi ini unisex, artinya bisa dipakai juga oleh kaum pria (tidak heran jika Diaz menginginkannya).

Diakuinya pula, karakter desainnya yang minimalis dan urban itu sangat terpengaruh oleh desain Alexander Wang dan Victoria Beckham, dua desainer favoritnya.

"Aku pengin menghadirkan koleksi serupa, tapi gaya Alexander Wang dan Victoria Beckham yang dimuslimkan," kata desainer yang mulai menekuni profesi desainer sejak 2009 itu.

Untuk membuat koleksi ini terasa unik dan berkarakter, Restu mengaplikasikan teknik anyaman. Inspirasinya datang dari anyaman kipas sate.

"Saat kepanasan, Aku suka mengipasi anakku dengan kipas sate. Aku langsung berpikir, sepertinya unik jika menghadirkan teknik anyaman untuk pakaian," katanya sambil tertawa malu.

Aplikasi anyaman sesekali muncul sebagai bahan utama pakaian seperti semacam sweater. Ada pula yang tampil sebagai aksen saja, semisal di bagian lengan, kerah, bahkan pita penghias blouse.

Aplikasi ini sekaligus mengakomodasi kecintaan Restu pada kain tradisional. Untuk membuat anyaman itu, Restu menggunakan kain tenun celebes dari Makassar.

Koleksi ini sekaligus menjadi pembuktiannya bahwa kain tradisional sangat fleksibel diolah menjadi busana bergaya modern.

Adalah hal yang menantang bagi restu untuk mengaplikasikan teknik anyaman karena dibuat secara manual.

"Proses handmande tentu saja agak memakan waktu lama. Sementara ini adalah koleksi ready to wear yang diproduksi secara massal dengan pemasaran yang terjadwal," kata Restu yang mimiliki tim produksi 12 orang itu.

Namun setelah melewati beberapa trial and error, Restu akhirnya menemukan trik yang dapat mempercepat proses penganyaman meskipun tetap handmade.

Ia pun berharap trik itu membuat koleksinya tetap layak memasuki pasar ritel. Apalagi koleksi ini lahir setelah Restu mendapat bimbingan dari Center for Fashion Enterprise, Inggris, selama program IFF.

Bersama sejumlah desainer terpilih lainnya, Restu belajar, tidak hanya soal desain, namun sekaligus mengemas dan memasarkan produk untuk pasar internasional.

Salah satu harapan Restu adalah koleksinya dapat dipasarkan di kawasan Eropa.

Harapannya itu akan terungkap ketika koleksinya dipamerkan di Fashion Link, arena yang khusus dipersiapkan JFW bagi para desainer IFF untuk mempertemukan mereka dengan para buyers dari seluruh dunia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini