News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sate Kambing Bewok Diserbu Warga Surabaya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sate kambing perawan

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Festival Kuliner Tunjungan (FKT) IV Surabaya, ternyata dibanjiri warga.

Suasana Jalan Tunjungan berbeda daripada biasanya, Minggu (2/11/2014).

Jika biasanya dipenuhi kendaraan melintas, kali ini malah dipadati warga Surabaya yang mengunjungi Festival Kuliner Tunjungan (FKT) IV.

Tak henti-hentinya, Pak Bewok (48) mengipas, membakar sate untuk pemesan. Sejak sore sekitar pukul 16.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB, kipas bambu tak pernah lepas dari tangannya.

Pemilik warung Sate Bewok Tretes-Trawas ini memang harus mengipas langsung ketika membakar sate buatannya. Menurutnya, rasanya akan jauh berbeda jika menggunakan kipas angin listrik.

“Harus pakai tangan agar kualitas rasa terjaga. Ini nonstop ngipas empat jam tak berhenti-henti,” kata Bewok kepada Surya online(Tribunnews.com Network).

Kendati demikian, Bewok agak kecewa. Perkiraannya melesat jauh. Bewok yang sudah dua kali mengikuti event yang digagas Dinas Pariwisata Surabaya ini kecele.

Bewok menuturkan hanya membawa 1.000 rusuk sate pada event kali ini. Sementara event sebelumnya, ia membawa 2.000 tusuk sate.

Namun pada event 2014 silam, satenya tersisa lebih dari separo. Berdasarkan pengalamannya itulah, akhirnya ia hanya membawa 1.000 tusuk kali ini.

“Tapi ternyata membludak! Sate saya ludes sebelum acara tutup. Menyesal saya hanya bawa 1.000 tusuk,” ujarnya setengah bersungut.

Satenya terdiri dari sate kambing, ayam, dan kelinci. Harga seporsi antara Rp 15.000 – Rp 35.000 tergantung daging yang dipesan. Meski memiliki embel-embel Tretes-Trawas pada nama warungnya, Bewok mengungkapkan warung utamanya terletak di kawasan Merr Surabaya.

“Tretes an Trawas, itu langganan utama kami di sana. Kami tiap hari mengirim sate ke sana. Pakai nama itu, biar terkesan jauh saja,” ungkapnya yang kemudian tertawa.

Sama halnya dengan Bewok, dagangan gado-gado Djoewati (58) pun laris terjual. Pemilik warung Gado-Gado Arjuna yang berdiri sejak tahun 1960 ini habis tak tersisa pada event ini.

“Tadi bawa 200 porsi, tak sampai tiga jam sudah habis,” tandas Djoewati.

Ciri khas gado-gadonya ada pada bumbu yang manis. Masakan warisan orangtuanya yang berjualan di Jalan Arjuna 127 ini memang terkenal manis seperti masakan Jawa Tengah.

“Awalnya sih, kami sekeluarga memang tak suka pedas. Akhirnya buat gado-gado manis ini dan banyak yang suka,” ungkapnya.

Sepanjang Jalan Tunjungan ditutup unuk kendaraan bermotor. Mulai dari perempatan Siola sampai pertigaan Hotel Inna Simpang, tak ada kendaraan yang lewat. Beberapa anak kecil memanfaatkan momen ini dengan bermain sepeda, skateboard, hingga bermain bola.

Suasana tumpah ruah. Tiap stan tak henti-hentinya memasak dan melayani pembeli. Di bagian tengah Jalan Tunjungan ada panggung yang menampilkan ludruk Suroboyoan. Para pengunjung makan sambil menonton hiburan rakyat tersebut.

Suasana seolah seperti Tunjungan Tempo Doeloe. Apalagi terdapat satu bangunan monumental, Hotel Majapahit, yang semakin mengesankan suasana jadul. Banyak pula pengunjung yang berfoto ria dengan latar belakang hotel bersejarah ini.

M Alamsyah (36) satu di antaranya. Bersama istri dan tiga anaknya, mereka meminta bantuan pengunjung lain untuk mengabadikan keluarga dari Demak ini berfoto di depan Hotel Majapahit.

“Sudah kenyang makan, tak ada salahnya berfoto dulu,” ucapnya singkat.

Pegawai swasta di bidang perbankan ini mengaku sangat senang adanya event ini. Sepeprti car free day, menurutnya perlu kebih sering diadakan.

“Menjual sekali Jalan Tunjungan dengan kulinernya. Seperti Orchid Road di Singapura,” tuturnya.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang membuka FKT menerangkan event FKT ini diadakan tiap tahun di mana sudah kali keempat digelar.

Event ini, lanjutnya, bertujuan untuk mengenalkan ragam kuliner asli Surabaya bukan hanya kepada warga Surabaya tapi juga turis mancanegara.

“Tiap tahun diadakan dan antusias serta animonya semakin tinggi,” kata Risma.

Risma membeberkan pada FKT III hanya diikuti 70 stan makanan. Namun pada FKT kali ini diikuti 100 stan dengan kuliner yang semakin beraneka ragam.

Bagkan untuk FKT V, Risma sudah memiliki rencana membebaskan Jalan SImpang Dukuh agar event FKT bias lebih banyak menampung pelaku kuliner dan masyarakat.

“Saya ingin jadikan FKT ini sebagai ikon kuliner Surabaya,” ucapnya.

Terpisah, Kepala DInas Kebudaan dan Pariwisata Surabaya, Wiwiek Widayati, menambahkan event ini sekaligus untuk merayakan Hari Pahlawan 10 November.

Dijelaskan, di Jalan Tunjungan sendiri sempat terjadi insiden bendera di mana di Hotel Majapahit berkibar bendera Belanda pada 19 September 1945.

Karena keberanian dan sikap herik Arek-Arek Suroboyo, bendera Belanda itu dirobek bagian berwarna biru dan kembali menjadi Merah-Putih.

“Momen itu yang kami ingin kenang pula pada event FKT ini. Warga jadi bias melihat bukti fisik, Hotel Majapahit yang dulu bernama Hotel Oranje dan Hotel Yamato ini, tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini