TRIBUNNEWS.COM - Zaman sekarang, banyak alasan yang menimbulkan keraguan dan ketakutan di dalam diri perempuan yang masih lajang.
Pertanyaan-pertanyaan apakah pernikahan saya akan bertahan? Apakah saya dapat mempercayai suami saya? Apakah saya mampu untuk menjadi istri atau ibu rumah tangga? Apakah saya akan sakit hati dan kecewa? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya yang membuat perempuan semakin ragu untuk menikah.
Sebaliknya, lingkungan sosial mulai mendesak perempuan lajang berusia sekitar 27 tahun untuk segera berkeluarga.
Itulah salah satu poin yang dikemukakan Reynitta Poerwito, Bach.of Psych., M. Psi., saat mengutarakan perkembanganpsikologis perempuan di usia 27.
Alhasil, ia menambahkan, pertanyaan “Kapan menikah?” bisa terlontar ratusan kali di setiap acara keluarga, ulang tahun, pernikahan, lamaran, arisan keluarga, dan acara-acara lainnya. Lantas, bagaimana menjawab pertanyaan "Kapan nikah?" ini?
Untuk menghadapi hal ini, terpenting adalah memantapkan hati. Cari tahu apa yang diinginkan dalam hidup sehingga kehidupan dijalani tanpa penyesalan.
“Menikah adalah keputusan manusia, namun bertemu jodoh adalah keputusan Tuhan. Menerima secara ikhlas dan menyerahkan sisi kehidupan jodoh di tangan Tuhan adalah yang terbaik untuk dilakukan.”
Ia menambahkan, tidak menetapkan target dan mendesak diri sendiri untuk mengikuti atau memfasilitasi keinginan dan harapan orang lain merupakan langkah yang baik untuk dilakukan.
Hilman Hilmansyah