TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah menjamurnya merek internasional di Tanah Air, Wood tetap eksis sebagai merek lokal yang menawarkan pilihan busana formal yang berkualitas bagi pria.
Brand pertama dari PT Delami Garment Industries ini sudah berdiri 36 tahun lalu. Umur yang cukup panjang bagi
sebuah merek lokal di tengah gempuran merek global yang terus berdatangan ke Indonesia.
Inovasi dan memahami kebutusan pasar menjadi kunci kesuksesan Wood. Begitu menurut Boysanto Pasaribu, Director
Sales & Marketing MWW Delamibrands saat acara peresmian flagship store pertama Wood di Grand Indonesia, Jumat
(27/3/2015).
"Kompetisi itu baik. Tapi merek luar tidak begitu memahami pasar Indonesia," katanya. Dalam hal ini, Boy merujuk
pada ukuran (sizing) pakaian yang sesuai dengan tubuh pria Indonesia.
Ia menjelaskan, tubuh pria Indonesia cenderung bongkok sehingga akan sangat memengaruhi cutting pakaian. Untuk
menghasilkan cutting yang sesuai, Wood menggunakan sebuah teknologi dari Jepang. Namun, Boy enggan memaparkan
lebih rinci soal teknologi tersebut.
"Rahasia dapur," katanya tersenyum.
Selama 36 tahun, Wood terus berinovasi agar menghasilkan produk yang lebih relevan dengan konsumennya.
Belakangan, gaya pakaian yang ditawarkan Wood cenderung berselera anak muda. Potongannya lebih slim-fit, hadir
pula pilihan busana yang lebih kasual seperti jaket bomber dan celana chinos.
"Bila dulu, kami menarget pria matang berusia 50 tahun ke atas. Sekarang kami ingin menjangkau pasar baru. Mereka
adalah kaum eksekutif muda yang mapan dan bergaya urban, berusia 25-35 tahun," terangnya.
Dalam proses kreatifnya, Wood turut menggandeng konsultan mode yang berbasis di dua kota pusat mode dunia, London
dan New York. Dengan begitu, produk yang ditawarkan sejalan dengan tren global.