TRIBUNNEWS.COM - Tiap orang tua pasti menantikan kata pertama yang terucap dari buah hati tercinta. Tapi bagaimana jika Anda tidak kunjung mendengar sepatah kata pun terlontar dari bibir mungil si Kecil?
Jangan terlalu khawatir. Mungkin saja anak Anda memang belum waktunya untuk mencapai tahapan tersebut.
Lantas, bagaimana mengetahui ciri-ciri anak yang tergolong normal dan anak yang memiliki keterlambatan dalam berbicara?
Sebenarnya perkembangan bicara tiap anak berbeda-beda. Namun, ada patokan dasar yang bisa Anda gunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan bicara anak Anda sesuai usianya.
Hal ini bisa diterapkan untuk mendeteksi apakah anak Anda mengalami keterlambatan dalam berbicara atau tidak.
Berikut ini adalah patokan kemampuan berbicara anak sesuai usianya:
-Usia 3 bulan. Dilansir alodokter.com pada usia ini, bayi mulai mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti seperti berdekut atau bisa dibilang ‘bahasa bayi’.
Dia juga sudah mulai mengenali dan mendengarkan suara Anda serta memperhatikan wajah Anda saat berbicara kepadanya.
Sebagai orang tua, Anda harus jeli dengan tiap tangisan yang dia keluarkan. Pada usia tiga bulan, bayi sudah bisa menangis untuk kebutuhan yang berbeda-beda.
-Usia 6 bulan. Bayi mulai mengeluarkan suara-suara yang berbeda dan terdengar lebih jelas suku katanya, walau tidak memiliki arti, seperti mengucapkan “da-da” atau “ba-ba”.
Pada akhir usia enam bulan, bayi sudah bisa bersuara untuk mengekspresikan kondisinya saat senang atau sedih, melihat ke arah yang menimbulkan suara, dan memperhatikan alunan musik. Saat namanya disebut, bayi juga sudah bisa menoleh ke arah Anda.
-Usia 9 bulan. Setelah usia sembilan bulan, bayi akan memahami beberapa kata dasar seperti ‘”tidak” atau “ya”. Dia juga mulai menggunakan nada suara yang lebih luas.
-Usia 12 bulan. Dia sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau “ayah” dan menirukan kata-kata yang Anda ucapkan. Pada usia satu tahun ini, dia sudah bisa memahami beberapa perintah seperti, “Ayo, kemari” atau “Ambil botolnya”. Bayi Anda juga sudah mengenal beberapa benda seperti sepatu, boneka, atau botol susu.
-Usia 18 bulan. Bayi sudah bisa mengulang kata-kata yang Anda ucapkan kepadanya dan akan menunjuk ke sebuah benda atau bagian tubuh yang Anda sebutkan.
Di usia tersebut, bayi juga sudah bisa mengucapkan sekitar 10 kata dasar. Namun normal jika ada beberapa kata yang masih belum jelas pengucapannya seperti kata “makan” disebut “mam”.
-Usia 24 bulan. Dia sudah bisa mengucapkan setidaknya 50 kata dan berkomunikasi memakai dua kosa kata seperti “mau susu”.
-Usia 3-5 tahun. Kosakata yang dimiliki anak pada usia tersebut akan berkembang dengan cepat. Pada usia tiga tahun, sebagian besar anak-anak dapat menangkap kosakata baru dengan cepat.
Mereka juga sudah bisa memahami perintah yang lebih panjang seperti, “Ayo, cuci kaki dan sikat gigi” atau “Buka sepatunya lalu ganti baju”.
Pada usia empat tahun, dia akan berbicara menggunakan kalimat yang lebih panjang dan bisa menjelaskan sebuah peristiwa. Satu tahun kemudian, dia sudah bisa berbincang-bincang dengan orang lain.
Cara Menstimulasi Kemampuan Berbicara Anak
Peran aktif Anda sebagai orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan bicara anak. Ada cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk merangsang kemampuan berkomunikasi si Kecil.
Ikuti semua ucapannya. Perhatikan suara-suara tidak jelas ala bayi yang terucap dari si Kecil. Kemudian ikuti dengan persis suara tersebut.
Saat masih bayi, kata-kata yang terucap dari si Kecil kerap terdengar tidak jelas. Meski Anda tidak mengerti apa maksudnya, Anda bisa mengulangi perkataannya sesuai yang Anda tangkap. Lalu bertanya kepadanya apa maksud dari kata-kata tersebut.
Berbicara Sambil Bergerak. Saat berbicara dengan bayi, Anda harus aktif bergerak dan ekspresif.
Misal Anda mengatakan, “Ayo, kita minum susu” sambil menggoyang-goyangkan botol susu atau Anda bisa membelai sebuah boneka sambil mengatakan “Sayang bonekanya, dielus-elus.” Begitu pula saat mengajarkannya mengenal bagian-bagian tubuh.
Biasakan membuat narasi. Meski dia belum bisa berbicara layaknya orang dewasa, Anda tetap bisa memakai percakapan sehari-hari saat berkomunikasi dengannya.
Misalnya saat memakaikan baju pada anak Anda bisa berbicara, “Hari ini (bisa sebut namanya) pakai baju motif bunga-bunga agar terlihat cantik” sambil memperlihatkan baju kepada si Kecil.
Hal ini bisa membantu bayi memahami objek tertentu melalui perkataan Anda. Terapkanlah hal ini pada kegiatan lainnya seperti saat mandi, memberikan makan, mengganti popok, dan sebagainya.
Selain itu, bayi juga suka mendengar suara orang tuanya. Pada saat itu bayi belajar untuk berbicara, terutama saat Anda berbicara kepadanya.
Biasakan selalu berbicara menggunakan kalimat lengkap kepadanya. Contohnya ketika dia menunjuk ke arah boneka yang berada di atas meja.
Anda jangan langsung mengambilkannya. Lebih baik ucapkanlah satu atau dua kalimat seperti, “Kamu mau bemain dengan boneka ini?” Ketika dia merespons dengan anggukan atau senyuman, Anda bisa langsung memberikannya.
Kembali menjadi anak kecil. Ketika memiliki anak, terkadang orang tua harus bisa berakting menjadi anak kecil.
Ajak si Kecil untuk bermain, berpura-pura, atau membayangkan sesuatu untuk mengembangkan kemampuan verbalnya. Misalnya, pura-pura menelepon ayah dengan telepon mainan.
Puji perkembangannya. Selalu beri pujian, senyuman dan pelukan tiap kali dia mengeluarkan suara atau kosakata baru. Pada umumnya, bayi belajar berbicara dari reaksi orang-orang di sekitarnya.
Kapan Anda Harus Konsultasi ke Dokter?
Anda bisa berkonsultasi ke dokter jika anak Anda tidak menunjukkan kemampuan berbicara sesuai patokan dasar yang telah disebutkan di atas.
Sebaiknya lakukan pengecekan ke dokter sedini mungkin ketika Anda melihat ada kejanggalan pada si kecil. Hal tersebut bisa sangat bermanfaat bagi masa depannya.
Saat berkonsultasi ke dokter, biasanya anak Anda akan menjalani beberapa tes seperti tes pendengaran.
Satu dari sekitar tiga ratusan bayi yang baru lahir memiliki gangguan pendengaran, salah satu faktor yang menghambatnya berbicara.
Anda juga bisa mengajak Anda ke ahli patologi bahasa. Seorang terapis bisa mendiagnosis dan menangani hal-hal yang bisa mengganggu perkembangan berbicara anak.
Dia juga bisa memberikan tips untuk Anda dan merekomendasikan beberapa permainan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak.
Pemantauan perkembangan anak juga bisa Anda lakukan untuk mengetahui apakah anak Anda memiliki kelainan, seperti autisme atau keterbelakangan mental yang bisa menyebabkan keterlambatan bicara. (*)