TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para penjahat cyber memburu semua jenis data, yakni: data pribadi, foto, video, bahkan cara pengguna berinteraksi dengan orang lain; Data-data ini biasanya dicuri dari jejaring sosial.
Data yang dicuri seringkali di posting di tempat lain untuk nantinya dijual kepada kriminil lain yang ingin memperoleh keuntungan.
Mengingat hal ini maka dapat dikatakan bahwa identitas digital sudah melebihi akun media social itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan teknologi, maka begitu pula juga jumlah komponen identitas online kita yang dapat dicuri atau dipalsukan.
Face Off
Saat ini sudah memungkinkan untuk memasang wajah orang lain saat melakukan video call.
Dengan langkah yang benar maka wajah tersebut terlihat sangat realistis dan akan membuat Anda kebingungan untuk membedakan apakah wajah orang tersebut palsu atau memang asli.
Sebuah aplikasi yang diluncurkan pada 2011 bahkan dapat merubah bentuk wajah seseorang, yang diambil dari sebuah foto, dimana wajah tersebut bisa digerakkan secara dinamis dan nyata di dalam video.
Apakah Anda pernah bermimpi memiliki bibir Angelina Jolie atau wajah Brad Pitt? Anda tidak memerlukan Photoshop disini, hanya dengan sebuah aplikasi yang menyeramkan.
Sangatlah jelas bahwa seseorang juga dapat merubah mimik wajah pada video chat. Baru – baru ini, para peneliti dari Stanford menyajikan solusi untuk hal ini.
Terdengar hebat, bukan? Namun, seperti biasanya sebuah penemuan dapat digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan – untuk mengelabui, menipu dan mendapatkan keuntungan dengan cara ilegal.
Dan yakinlah, para penjahat cyber sangat kreatif ketika memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan uang.
Biometrik Juga Rentan
Dewasa ini, orang juga bisa menggunakan sidik jari mereka untuk masuk ke pusat kebugaran, seperti yang dilakukan oleh pusat kebugaran di Amerika, 24 Hour Fitness.
Pasien dari pusat medis di New York University bahkan menunjukkan telapak tangan sebagai ganti kartu asuransi mereka, dimana sistem PatientSecure melakukan pemindaian pola pembuluh darah yang unik pada tangan mereka.
Mari kita lihat situasi tersebut dari sisi yang berbeda. Kita menggunakan password untuk mengakses Internet. Ketika password tersebut terganggu, maka kita dapat dengan mudah menggantinya.
Begitu juga dengan kartu kredit yang terbuat dari bahan plastik, hal tersebut juga dapat dengan cepat digantikan – dalam satu atau dua minggu – apabila barang tersebut rusak atau dicuri.
Namun bayangkan, apabila Anda menggunakan bagian tubuh Anda sebagai alat identifikasi, seperti sidik jari atau pemindaian iris mata.
Apakah Anda dapat membuat bagian tubuh yang baru jika para penjahat cyber membuat salinan yang lama?
Para peneliti juga menunjukkan bahwa pemalsuan DNA sangatlah mungkin untuk terjadi, bayangkan jika hal tersebut diimplementasikan di sebuah TKP.
Dapatkah Kita Memalsukannya?
Ternyata, bukanlah hal yang sulit untuk memalsukan biometrik seseorang, seperti sidik jari ataupun pemindaian iris.
Yang mengerikan adalah hal tersebut bahkan dapat dilakukan dari jarak jauh. Seorang spesialis biometrik asal Jerman, Jak Krissler, yang terkenal akan aksinya meretas TouchID Apple baru – baru ini menemukan cara untuk menyalin iris serta sidik jari dari foto dengan resolusi tinggi.
“Biometrik tentunya masih memiliki ruang untuk perbaikan. Kita seharusnya tidak mengimplementasikan teknologi baru tanpa adanya sebuah sistem proteksi yang spesifik yang akan melindungi data pribadi seseorang. Sebaliknya jika ada kegagalan dan penelitian investigasi terhadap peretasan teknologi – maka kami akan memberitahukan kepada Anda. Untuk saat ini, kami sangat menyarankan Anda untuk tetap waspada dan melindungi data penting Anda dengan cara lama seperti password yang kuat dan teknologi two-factor authentication.” ujar ahli Kaspersky Lab, Kate Kochetkova.