News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Serunya Menerawang Masa Lalu dengan Kamera Analog

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Kembali maraknya “mainan” jadul di kalangan muda Surabaya, seperti piringan hitam dan kaset, merambah pula dunia kamera.

Beragamnya jenis kamera digital, tidak membuat sebagian kawula muda melupakan leluhur kamera-kamera canggih tersebut.

Ya, kamera analog kembali hits di generasi muda Indonesia, termasuk Surabaya. Beragam alasan mereka ungkapkan untuk menekuni seluk-beluk alat yang seumuran dengan orangtua mereka ini.

Devian Wira Dinata salah satunya pemuda 21 tahun ini memiliki sebuah kamera analog Ricoh GX-1 peninggalan kakeknya.

“Akumulasi tertarik sama analog sejak 6 bulan yang lalu. Menurutku, menggunakan analog lebih menantang daripada kamera-kamera digital sekarang".

"Kalau kamera digital akan bisa langsung dihapus gambarnya setelah memotret, kalau analog nggak. Harus menunggu proses mencuci roll filmnya dulu baru tahu hasilnya,” ujarnya.

Cowok berambut panjang ini mengaku menunggu hasil cetak roll film adalah momen yang mendebarkan.

"Deg-degan sewaktu menunggu hasil cetak, ada yang gagal apa nggak, apalagi prosesnya cukup lama, bisa sampai satu jam," ceritanya.

Sejalan dengan apa yang dijelaskan Devian, proses kerja dari kamera analog memang berbeda dengan kamera digital.

Dengan tidak adanya digitalisasi di dalam tubuh kamera, pengguna tidak bisa langsung melihat hasil gambar, apalagi menghapusnya.

Dengan begitu, jika gambar yang diambil salaha sautidaksesuaiharapan, dapat dikatakan pengguna “membuang” satu frame dalam roll film, yang biasanya berisi 36 frame dalam setiap rollnya.

Devian menambahkan, di era modern ini, setiap orang dengan mudah bisa menjadi “fotografer” dengan alat yang merekapnya, baik ponsel ataupun kamera digital.

“Nah, di situ aku melihat keseruan dari menggunakan kamera analog, kita harus mengatur kamera kita secara manual, tidak ada pilihan otomatis seperti kamera digital,” jelasnya.

Dibba Nugroho juga mengamini penjelasan Devian di atas.

Cewek berambut pendek ini mengatakan “seni” dari kamera analog dimulai bahkan sejak sebelum proses pengambilan gambar.

“Sejak memilih roll film, cara memasangnya di kamera hingga proses pencetakan memakan waktu yang tidak instan,” ujar mahasiswi Universitas Kristen Petra ini.

Lebih lanjut, pemilik kamera Braun SR 2000 ini menjelaskan kameraan alog memiliki kelebihan dan kekurangan dibanding kamera digital.

“Kelebihan dari kamera analoga dalah warna gambar yang dihasilkan lebih tajam dibanding kamera digital".

"Kelemahannya, kita harus meluangkan waktu ekstra dan kehati-hatian untuk mempersiapkan kamera dan mengambil gambar".

"Jangan pernah membiarkan roll film terkena cahaya terang secara langsung karena dapat membuat roll film rusak, istilahnya roll film tersebut “terbakar”,” jelasnya.

Dibba pun pernah merasakan pahitnya roll filmnya "terbakar".

"Pada saat itu, namanya pemula, ngga tau cara memasang roll film di kamera, akhirnya terkena cahaya matahari berlebihan dan "terbakar" semua framenya. Akibatnya, ya itu, ngga bisa dipakai lagi rollnya, dibuang deh," kenangnya.

Untuk mengetahui lebih detail mengenai seluk beluk kamera analog, Surya pun menemui Lasmono, seorang ahli servis kamera analog. Pak Las, sapaan akrabnya, telah berkutat dengan dunia fotografi sejak tahun 1979.

“Iyabenar, kamera analog memangunggul dalam kualitas warna gambar yang dihasilkan,” ujar bapak berumur 58 tahun ini.

Lebihlanjut, Pak Las menjelaskan kamera analog terdiri dari beberapa jenis, seperti large format, medium format, rangefinder, slr, dan pocket.

“Akhir-akhir ini yang lagi ngetren adalah kamera pocket, yang awalnya hadir tahun 1980-an. Kalau seperti punya saya ini, adalah jenis large format, warisan dari kakek saya dari tahun 1940-an,” ujarnya sembari menunjukkan kamera berukuran besar tersebut.

Dengan kamera itu pula Pak Las sempat mengabadikan foto dari penyanyi lawas Surabaya, Gombloh.

“Jadi pada sekitar tahun 1980-an saya memiliki sebuah studio foto di daerah Genteng. Tiba-tiba saja suatu hari Gombloh datang untuk keperluan foto KTP-nya,” kenangnya.

Sebagai seorang ahli, ia pun berbagi tips mengenai cara merawat kamera analog beserta roll film.

“Untuk body kamera, usahakan simpan di tempat kering, kalau perlu ditaruh di box, untuk menjaga kelembapan agar lensa tidak berjamur. Lalu untuk roll film, sebelum digunakan dapat ditaruh di dalam kulkas agar kualitas roll film terjaga,” tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini