TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nuansa putih yang di kenakan para tamu undangan mewarnai peluncuran buku 'Resonasi Tiga Hati' karya sastra kolaborasi tiga penyair dengan latar belakang profesi berbeda pada Sabtu (30/1/2016) malam.
Ketiga penyair itu adalah Yeni Fatmawati, mantan direktur dari berbagai perusahaan multinasional dan produser album musik. Pemusik dan penggiat seni Donny E. Saputra.
Lies Wijayanti SW, Pegawai Negeri Sipil, doktor fisiologi ahli tekhnologi pangan dan kesehatan yang menjabat berbagai jabatan penting di Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi (BPPT).
Taufik Ismail, Penyair/Budayawan senior Indonesia mengakui meski tidak memiliki latar belakang sastrawan, namun ketiganya mampu menafsirkan rasa dengan baik dan menyajikannya melalui puisi-puisi yang menyejukan jiwa.
"Dengan latar belakang yang berbeda itu, maka antologi Resonansi Tiga Hati ini unik dan patutlah dicatat dalam kreativitas seni Indonesia," kata Taufik Ismail.
Penyair yang bergelar Datuk Panji Alam Khalifatullah itu mengakui selama 70 tahun terjadi kemerosotan dalam pengajaran bahasa dan sastra didunia pendidikan Indonesia, namun hal itu tidak berlaku bagi ketiganya, kekecualian itu bukanlah kebetulan, pasalnya ketiga penyair dengan tiga profesi yang berbeda ini jelas pembaca buku (dalam jumlah besar) dan penulis karangan dalam frekwensi yang tinggi.
"Kedua hal inilah yang terlantar dalam pembentukan peradaban di negeri kita, karena pengajaran bahasa dan sastra kita sejak 1950 SD, SMP hingga SMA dicondongkan ke pengajaran tata bahasa," tegas Taufik Ismail.
Maman S Mahayana, Munsyi sastra Indonesia juga memuji buku Resonansi Tiga Hati yang merupakan sarana untuk melepaskan beban kemarahan yang terpendam dan juga saluran mujarab untuk mengeluarkan rasa kagum, syukur, puji-pujian yang akan membebaskan manusia dari tekanan psikis.
"Nah, itulah yang kita rasakan manakala menikmati puisi-puisi Yeni Fatmawati. Meski Ia menyampaikan berbagai tema, tetap saja suara kejujuran itu seperti lepas begitu saja, tanpa kesan menghadirkan kerumitan. Lihatlah puisinya berjudul Doa Belahan Jiwa," kata Maman.
"Jadi Yeni Sadar ingin berbagi. Dan dibalik hasratnya hendak berbagai itu, Yeni mengingatkan kita tentang sangkaan paran, yaitu Tuhan yang bersemayam di hatinya," tegas Maman.
Selain ketiga penyair yang tampil kompak bersama diatas panggung, Wakil Ketua PPATK Agus Santoso juga ikut meramaikan dengan membaca puisi 'Kangen' ciptaan Yeni Fatmawati saat berada di Amsterdam pada Juli 2012 lalu.
Kemudian sang suami tercinta Fahmi Idris bergantian dengan Linda Jalil, Sys Ns dan sebagian kolega serta sahabat lainnya juga merasakan aura yang berbeda saat membawakan puisi tiga penyair itu.
Acara malam itu juga menampilkan dramatisasi puisi yang menggambarkan puisi melalui drama dengan iringan musik tradisional dan juga prosesi tabur bunga.
Yeni Fatmawati yang tampil dengan baju terusan dan kerudung ungunya menjadi bintang pada malam itu dan mendapat sambutan hangat dari seluruh sahabat, kerabat, kolega, keluarga serta undangan yang memenuhi Dialogue Cafe Kemang Jakarta Selatan tak terkecuali sang suami tercinta Fahmi Idris yang dengan setia mendukung suksesnya acara malam itu.
Dan sebagai hadiah spesial, mantan Menteri kabinet Presiden Habibie dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga politisi senior Partai Golkar itu memberikan hadiah spesial sebuah buket bunga kepada Yeni.
Buku Resonansi Tiga Hati berisikan 68 puisi tentang kehidupuan mulai dari yang sangat pribadi hingga masalah sosial politik, kemudian perjalanan ke daerah di Nusantara maupun ke luar negeri serta kedekatan pada alam sekitar ditulis dengan penuh perasaan dan kedekatan pada sang maha pencipta dalam karya tiga penyair ini akan membuat haru pembaca.