Dari pameran di London itu, lanjutnya, ada saja pemesan dari Eropa yang membeli setiap bulannya.
Tak ayal, Rp 25 juta - Rp 30 juta bersih masuk ke pundi-pundinya.
"Bisa masuk pameran di London itu karena saya bergabung di komunitas pengusaha."
"Berkumpul bersama sesama pengusaha, selain untuk networking juga untuk mengukur daya saing saya sebagai pengusaha agar tidak stagnan," paparnya.
Devi menuturkan sejak 2013 menjalani usaha ini. Ia hanya berdua bersama suaminya membangun usaha tersebut.
Kendati demikian, pesanan sampai ribuan tas mampu dilakukannya.
"Mau gimana lagi, ini sudah jadi pekerjaan utama kami," ucapnya.
Devi mengungkapkan tadinya, suaminya bekerja sebagai manajer Toko Buku Togamas.
Namun memutuskan berhenti dan serius mengembangkan FBC bersamanya.
Menurutnya, usaha keterampilan jangan hanya dijadikan usaha sambilan.
Ketika diseriusi, lanjutnya, pendapatan dari usaha keterampilan ini malah melebihi dari gaji kantoran.
"Mungkin masih banyak yang menganggap usaha keterampilan itu hanya usaha sampingan tambah-tambahan."
"Saya bersama komunitas saya sedang mengubah mindset bahwa usaha keterampilan itu bisa mennjadi usaha utama," jelasnya.
Nama Devi di kalangan pengusaha tas mulai merangkak naik. Apalagi setelah ia membuat dua buku panduan membuat kerajinan tas yang menjadi best seller.