TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Alisya Fianne pemilik Isyawin ikut memeriahkan pagelaran busana Muslimah di Internasional Islamic Fair.
Ada delapan koleksi busana batik khas nusantara dengan model gamis yang dipertunjukan dalam ajang tersebut.
Hijab yang digunakan pun disesuaikan dengan syariat yakni menutupi dada. Pemilihan warna juga menjadi kelebihan desain sehingga menghilangkan kesan kolot batik juga gamis.
Kedepan, Alisya ingin mencoba memperkenalkan karyanya hingga luar negeri.
"Saya melihat batik perlu kita lestarikan. Padahal batik juga disenangi wisatawan Barat dan Timur Tengah. Jadi, menarik ketika coba saya gabungkan antaran syariat dan nilai-nilai indonesia," kata Alisya dalam keterangan yang diterima, Kamis (27/10/2016).
Menurut Alisya, setiap busana Isyawin terinspirasi dari keinginan Muslimah tampil syari, modern, dan khas Indonesia.
Dalam mengemas karyanya, Alisya yang juga Presiden Direktur Alisya Nurulbaqi Tour And Travel ini, mengakui memiliki tantangan tersendiri. Semisal, ada keinginan memasukan elemen lafaz Allah dalam batik.
"Yang muncul pertanyaan kan, apakah batik itu nantinya ketika tidak dipakai jangan dijadikan lap atau apakah boleh batik ini masuk kamar mandi. Tentu saya meminta pendapat ulama soal ini agar tetap menjaga kaidah agama," katanya.
"Dan inilah yang menginspirasi saya mengangkat batik nusantara syari abaya untuk Indonesia menghadapi MAE jadi pasar bebas bukan bebas berkarya tnp ada aturan juga tetapi juga dakwah," tambahnya.
Alisya yang juga Wakil Ketua Paguyuban Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa ini berencana melakukan studi banding soal batik Syari ke sejumlah desainer seperti Malaysia, Brunei, Jordania, London, dan Swedia.
"Saya ingin saling mengenal syariat tentang budaya dan juga pendidikan dan pariwisata tentunya tidak ketinggalan, InsyaAllah," katanya.