Laporan Wartawan Warta Kota, Nur Ichsan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Disadari atau tidak disadari, keberadaan kain tradisional Indonesia nyaris dilupakan dan tersisih dari persaingan di dunia saat ini. Memang dalam kenyataannya kita saat ini jarang sekali menemukan wanita yang mengenakan busana tradisional.
Anna Mariana, SH, MBA, seorang wanita pengacara secara total terjun melestarikan berbagai jenis kain tenun tradisonal, seperti songket dan tenunan tradisional Indonesia lainnya. Terkait soal kain songket, ia punya pengalaman menarik, karena pernah salah satu koleksi yang dimilikinya ingin ditukar dengan sebuah mobil mewah, namun ditolaknya. Ini dilakukan karena Ia bercita-cita akan membuat museum kain tenun tradisional Indonesia, untuk menyimpan koleksinya yang jumlahnya ribuan jenis kain.
Anna Mariana, mengaku pertama kali mengenal dunia kain dan tenun tradisional Indonesia, utamanya dari Bali, saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
”Saya senang sekali bila melihat orang mengenakan kain, apa itu batik, maupun tenun, seperti saat saya melihat Ibu Tien Soeharto, terlihat begitu anggun dan elegan, ” kata perempuan yang juga seorang pengacara ini.
Ditambahkannya, sejak kecil ia sering melihat ibunya mengenakan kain tradisional saat hendak pergi kemanapun, mereka itu terlihat begitu anggun seperti ibu Kartini . Bila dulu orang mengenakan batik lawasan, karena saat itu masih belum ada kalaupun ada masih terbilang langka tenunan, orang masih jarang terlihat memakai serta jarang pula orang yang mengembangkannya, secara langsung atau tidak, ibu saya telah mengajarkan saya untuk mencintai warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan
Sekitar 25 tahun silam, saat menjadi notaries dan terjun berwiraswasta, Anna mulai punya waktu untuk menekuni dunia kain tradisional yang menjadi minatnya selama ini. Tak heran karena saat itu Anna sudah mulai berpikiran bisnis, meskipun berlatar belakang pendidikan di dunia hukum, saat belajar bisnis di Boston University, Amerika, Anna mangambil manajemen bisnis, agar saat menangani bisnis sudah memiliki ilmunya dan berupaya untuk mengumpulkan uang untuk mengembangkan bisnis kain.
Kain tenun Songket yang baru berkembang sepuluh tahun terakhir ini, sudah banyak orang yang bisa menenun dengan ide yang inovatif dan sangat kreatif serta bahan baku yang mudah didapat sehingga kondisi ini mulai berkembang pesat. Meskipun begitu, harga kain ini masih terbilang mahal karena proses pembuatannya yang memerlukan ide kreatif dan lama pembuatannya yang hingga berbulan bulan bahkan ada yang tahunan, jadi jangan heran bila harga penjualan songket mahal karena prosesnya handmade. Bila dahulu harganya murah sekali sekitar dua puluh ribuan, tetapi saat ini bisa mencapai dua juta hingga dua puluh juta Rupiah. Di awal usahanya, Anna pernah menawarkan barang dagangnnya itu dari pintu ke pintu atau ke kantor untuk pembuatan seragam karyawan. Setelah sekian lama berusaha sambil mengumpulkan modal, akhirnya Anna bisa membuka gerai sendiri dan membuka butik di rumahnya, untuk memperkenaalkan kain dagangannya, Anna rajin mengikuti berbagai pameran dadakan di dalam maupun di luar negeri.
Saat ini alat komunikasi sudah canggih, seperti media sosial sehingga memudahkan utuk melakukan promosi produk yang dimiliki, rajin mengikuti berbagai pameran-pameran atau fashion show, sehingga membuat banyak orang yang tahu produk kain tradisional tersebut, di samping itu, kedutaan Indonesia di luar negeri juga banyak membantu dalam promosi dan pemasaran.
“Untuk menyatukan para praktisi kain tenun songket saya membentuk asosiasi yang diberi nama KPKN – Komunitas Pencinta Kain Nusantara dan juga KCB Komunitas Cinta Berkain. Selain itu saya juga menciptakan Komunitas sendiri yang punya visi dan missi membawa nama baik dan mempromosikan karya-karya seni Indonesia ke mancanegara, ” ujar Anna Maria.
"Dari Sabang sampai Merauke, telah Anna jejaki untuk mencari informasi tentang tenun tradisional khas daerah setempat, seperti: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barathingga papua. Bila ada penenun yang bagus di daerah setempat, pasti akan saya datangi, saya ingin menggali informasi dan mencari tahu sejauh mana kemampuan mereka untuk mengembangkan karyanya. Di sini mereka saya bantu untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia pertenunan tradisional dan cara pengembangannya baik dari kualitas kain maupun motifnya, alhamdulilaah saat ini banyak motif baru yang tercipta dengan bahan baku tenunan yang lebih baik lagi sehingga membuat mutu dan kualitasnya menjadi lebih baik lagi dan kain tersebut kini sudah bisa dipakai untuk kegiatan apa saja, ” jelas Anna Mariana.
"Berbagai jenis kain yang kini memiliki motif unik dengan nilai tinggi perlu dilindungi hak ciptanya, untuk melindungui hak cipta saya membantu mereka untuk mematenkan hasil karyanya juga telah menciptakan beberapa motif dan sudah dipatenkan, ” tutur Anna Mariana.
Sangat disayangkan, banyak anak muda yang tidak tertarik dengan dunia tenun menenun , mereka masih mempunyai pola pikir kalau menenun itu pekerjaan orang yang sudah tua-tua, apalagi kalau proses menenun itu membutuhkan waktu yang lama, memang banyak anak-anak muda di Bali yang mencari pekerjaan lain.
"Tetapi saya tidak putus asa , saya berupaya menggugah kesadaran mereka, saya ingatkan kalau mau serius menangani kain tenun tradisional, mereka juga bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan banyak, saya bersyukur akhirnya mereka mau, dan sekarang terjadilah regenerasi penenun muda, ” kata Anna Mariana.
Satu tantangan yang sering dihadapi dan tidak bisa dihindari dalam dunia bisnis seperti produk seni kain. Situasi dan kondisi proses pembuatannya sendiri yang memakan waktu lama dengan bahan baku yang berbeda pula yang menggunakan serat kayu dari pohon yang khusus, bahan pewarna alaminya yang juga diambil dari pohon-pohoh tertentu serta alat produksi yang tradisional, tidak bisa digantikan dengan alat yang lebih canggih membuat tenunan itu tidak mudah diproduksi. Itulah yang membuat pengembangannya terasa lambat, sehingga ada kendala untuk memenuhi permintaan pasar, " ucap Anna Mariana.
Kegiatan Anna Mariana yang sibuk dengan seabrek kegiatan, tidak membuatnya terpuruk, ia malah senang dengan semua kegiatan yang dijalanainya termasuk di dunia hukum maupun di sunia seni yang sedang gencar dilakukannya belakangan ini, “Buat saya dunia hukum juga seni, dan banyak juga kostumer saya yang datang meski sekedar untuk melihat-lihat atau membeli kain, umumnya mereka senang karena mereka menganggap saya tahu hokum, kadang saat mereka datang untuk melihat kain, mendisain baju atau membeli baju, mereka juga berkonsultasi hukum, jadi ibaratnya seperti menyelam sambil minum air,” ujar Anna Mariana sambil tertawa.
“Saya bukan muda lagi, makanya meskipun sibuk saya tetap menjaga kesehatan dengan baik, saya tidak ingin usaha saya ini berhenti di tengah jalan hanya karena adanya gangguan kesehatan, maka dari itu saya menjaga kesehatan agar tetap sehat, fisik maupun mental, ” ungkap Anna Mariana.
“Bila berbicara soal target, memang banyak hal yang belum tercapai, saya tetap berusaha untuk terus mengembangkannya agar ilmu yang saya miliki berkembang terus dan bisa ditularkan kepada generasi mendatang sehingga bisa mengembangkan kain dengan lebih baik lagi dari saya, ” ujar Anna Mariana.
Usia lanjut tak membuat Anna Mariana kendor untuk terus belajar, dia mengaku masih terus belajar untuk memaksimalkan kemampuanya di dunia kain lebih mumpuni.
“Sampai saat ini terus terang saja saya masih banyak belajar, karena saya ingin mereka lebih banyak lagi, para perajin tenun di seluruh tanah air, selain itu saya ingin memiliki museum kain tenun dan songket, karena di Indonesia ini masih belum ada, kalau museum batik sudah ada, jadi disamping mengkoleksi kain tenun lama, saya juga ingin memiliki musium, agar orang bisa tahu jenis-jenis kain tenun dan songket, agar mereka juga mencintai kain tenun tradisional karya bangsa sendiri, ” ucap Anna Mariana.
Di kediamannaya di kawasan Pndok Indah, Anna Mariana mempunyai ribuann koleksi kain, baik itu tenun songket maupun batik.
"Saya mempunyai baanyak koleksi dari berbagai daerah, yang tertua usianya lebih banyak dari Bali, pada satu ketika, ada seorang nenek keturunan raja di Bali, menyerahkan kain tenun yang tua, sudah banyak orang yang ingin memiliki benda tersebut, tetapi tidak dijualnya, eh dia malah menyerahkannya secara cuma-cuma kepada saya, mungkin dia tahu kalau benda itu berada di tangan saya akan terawat dengan baik, dan ada juga orang lain yang sengaja menitipkan kainnya kepada saya, pernah pada saat berlangsungya KTT Non Blok beberapa waktu lalu, salah satu koleksi kain tua saya itu pernah ingin dibelii dengan ditukar dengan mobil Mercy tapi dilarang oleh suami, karena berprinsip, bila mau kerja keras uang bisa didapat dan mobilpun bisa dibeli, tetapi kalau kain tua tak akan bisa ditemui lagi, ” ungkap Anna Maria.
Biodata: ANNA MARIANA, SH., MBA
TEMPAT /TGL. LAHIR : SOLO, 01 JANUARI 1960
STATUS : Menikah dengan TJOKORDA NGURAH AGUNG KUSUMAYUDHA, SH., MS., M Dan memiliki 4 orang anak.
PENDIDIKAN
NON FORMAL
Human Traficking Education & Indonesian Workers Conseling in Kuala Lumpur – Malaysia
Human Traficking Education & Indonesian Workers Conseling in Saudi Arabia
Workshop Modelling & Fashion in Newyork, USA
Workshop Modelling & Fashion Paris, France
Workshop Modelling & Fashion Milan, Italy
Workshop Modelling & Fashion Dubai, UAE
Workshop Modelling & Fashion in New Delhi, India
Development Seminars – International Relationship – Leadership Programmes in London
John Robert Power (Kepribadian dan Komunikasi)
Workshop Soul of Speaking
FORMAL
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (1978 – 1982)
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (1982 – 1984)
Boston University, Massachusetts, AS – Master of Business Administration (1985 – 1988 )
PEKERJAAN
- Notaris (1989 – 2002)
- Managing Partner pada Mariana & Partners Associates Law Office (1994- saat ini)
- Komisaris PT. Kharisma Arya Dinamika (1997 - saat ini)
(General Trading, Pertambangan, Oil Company)
- Komisaris PT. Buana Konsultindo (2000 – saat ini)
(Konsultan Pertambangan)
- Komisaris PT. Royal Banten Internasional (2002 – saat ini)
(Property)
- Ketua Komunitas Pecinta Kain Nusantara
- Founder & Designer House of Marsya (1998 – saat ini)
(Kain Tenun, Songket, Batik, Kebaya dan Busana)
- Pembina dan Pengelola Pengrajin Tenun Kain dan Kerajinan Bali (1998 – saat ini)